TEORI BEHAVIORAL DAN HUMANISTIK
OLEH
NUR ASIK
1. a Terhadap pernyataan C.R.Rogers
yang memandang manusia itu
mempunyai kemampuan
belajar
secara alami, penulis berpendapat sebagai berikut : Pertama-tama
penulis akan
mengulang kembali
pernyataan Roger bahwa tidak ada penjelasan tentang mengapa
seseorang berbuat
seperti mereka berbuat dari penganut aliran
behavioral . Bagi penganut
aliran humanistik
seperti Roger menekankan sumber
motivasi intrinsik sebagai kebutuhan
seseorang
terhadap aktualisasi diri (maslow,1970, 1968), kecenderungan
aktualisasi diri
bawaan. (Rogers &
Freiberg,1994) atau kebutuhan terhadap
penentuan diri sendiri. Dari pers-
fektif humanistik,
memotivasi berarti mendorong
sumber daya bagian dalam manusia seperti
rasa ingin bersaing,
kepercayaan diri, kemandirian, aktualisasi diri.
Dua hal tersebut diatas sepintas sangat bertolak belakang tetapi mari kita semua
Kembali kepada
paradigma aksiomatik yang mengatakan
bahwa semua teori memilki
Kelebihan dan
kekurangan. Masing – masing teori memiliki
titik fokus yang menjadi pusat
perhatian apakah
kepada hasil atau proses dan sebagainya. Walaupun teori behavioral dan
humanistik nampak berbeda termasuk
teori-teori lain, tetapi ada
kesamaan umum dalam
mendefinisikan belajar
yang mencakup :
1)
Adanya perubahan
atau kemampuan baru
2)
Keberlangsungan
perubahan tersebut berlangsung
lama atau permanen
3)
Perubahan terjadi karena ada usaha
4)
Perubahan tidak muncul karena faktor pertumbuhan
( Miarso, 2004 550-551)
Kesimpulannya ialah
bahwa seorang pengajar harus pintar memilih dan memilah
teori yang
sesuai dengan bidang yang akan diajarkan. Karena kembali lagi bahwa tidak ada satu teori
belajar yang
mondominasi atau unggul dalam semua bidang kajian.
b Cara mengaplikasikan perpaduan pendapat
diatas dalam pembelajaran dikelas :
Secara alami dalam pengajaran bahasa contohnya
seorang instruktur tidak perlu
repot
untuk memilih yang mana
harus dipakai duluan dan yang mana dibelakang karena secara
otomatis LAD pelajar akan menyeleksi yang mana konsumsi
behaviour dan yang mana bagian
kognisi. Ketika yang
dibicarakan menyangkut pemahaman konsep
tentu saja jalur kognisi
perlu dibuka lebar-lebar
. Sebaliknya kalau yang menjadi
penekanan adalah skill atau
ketrampilan maka pasti
ruang adalah teori behaviourlah yang
lebih sesuai untuk dibuka .
Ibarat makanan , semua unsur yang ada memberikan
manfaat sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
2. a Persamaan dengan pendapat tokoh pendekatan
behaviorisme ialah :
1) Keduanya
sama sama mengaktifkan peserta didik dengan
memberikan kesempatan
Kepada siswa
untuk mengaktualisasikan dan menumbuhkan
kepercayaan dirinya (versi
Coombs) dan proses
belajar dapat berlangsung dengan baik bila peserta didik ikut terlibat
aktif
didalamnya (versi behaviorisme)
2) Sama sama
mengembangkan suasana belajar yang menantang
dan dapat dimengerti ( versi
Coombs) dan
memberikan respon balik terhadap setiap respon peserta didik
b Perbedaannya ialah bahwa teori behaviorisme lebih menekankan
pada hasil dan bukan proses
sementara Coombs menempatkan proses sebagai hal sangat
penting dalam setiap aktivitas
pembelajaran.
c Pengimplementasian pendapat Coombs ini ialah dengan :
1)
Menganalisis kebutuhan siswa
2)
Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan multidimensi karena pen-
dapat ini memandang manusia
dengan pandangan yang sangat kompleks yang mencakup
aspek cognitif, affektif dan psikomotor secara simultan.
3. a Tokoh yang terkait dengan pernyataan ini ialah Ausebel. Menurut beliau
belajar haruslah bermakna denga:
1)
Memilih materi
yang secara potensial bermakna
lalu diatur sesuai dengan tingkat perkem
-bangan dan
pengetahuan masa lalu
2) Menyajikannya dalam situasi belajar yang bermakna.
Pembelajaran bermakna
(meaningful learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep –konsep
relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif peserta didik.proses belajar tidak sekedar menghafal berbagai konsep
atau fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan
menghubungkan konsep –konsep
untuk memperoleh pemahaman utuh sehingga konsep yang dipelajari akan difahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Para pendidik atau
instruktur perlu
terus memahami dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki peserta didik dan
membantu mereka memadukannya secara harmonis dengan pengetahuan baru yang akan dipelajarinya. Secara garis besar
langkah-langkah pembelajaran bermakna
meliputi :
a)
Menentukan tujuan pembelajaran
b)
Mengidentifikasi karakteristik peserta didik
c)
Memilih materi ajar
d)
Menentukan topik
e)
Mengembangkan bahan ajar
f)
Mengatur topik-topik
g)
Melakukan penilaian proses
Semua ini perlu dilakukan dengan
target memahami dan bukan
menghafal, disusun mulai dari yang
sederhana ke yang lebih
kompleks dan rumit dan memperhatikan perbedaan individu peserta didik
untuk pemberian perlakuan khusus jika
diperlukan.
b Cara pengimplementasiannya dalam pembelajaran
dikelas ialah dengan menerapkannya
melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)
Mengukur kesiapan peserta didik
2)
Memilih materi-materi kunci
3)
Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus
dikuasai dari materi baru itu
4)
Memberikan pandangan umum tentang materi yang
akan diberikan
5)
Memakai advance organizers
6)
Membelajarkan peserta didik memahami konsep dan
prinsip ( Bambang .W, (2008:73)
4. a
Landasan Psikologi yang mendasari
pendapat Bruner ialah teori
belajar kognitif dengan
asumsi dasar bahwa setiap orang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman
didalam dirinya yang tertata dalam struktur kognitif.
Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru bersesuaian dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
b Perbedaannya dengan pendapat Piaget tentang
kemampuan pemorolehan bahasa anak ialah:
Menurut
Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses
yang
didasarkan atas mekanisme biologis yaitu
perkembangan sistim Syaraf. Dengan
bertambahnya
umur,
maka susunan syaraf seseorang akan
semakin kompleks dan hal ini memungkinkan
terjadinya peningkatan pada kemampuannya (Traves dalam Toeti, 1992:28)
Secara
umum untuk belajar sesuatu tidak perlu
menunggu sampai peserta didik mencapai
tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajarannya tertata dengan baik maka
dapat diberikan kapan saja. Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Sedangkan menurut Bruner perkembangan
kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang terkait dengan cara Seseorang memandang lingkungan yaitu :
1)Tahap enaktif,
peserta didik melakukan aktivitasnya
dalam kaitannya dengan upaya memahami lingkungan secara langsung
2)Tahap ikonik,
peserta didik melihat dunia melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal
3)Tahap simbolik,
peserta didik telah mempunyai
gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan menggunakan simbol dlam
berkomunikasi yang semakin lama-semakin
dominan untuk kemudian sampai kepada pemahaman gagasan abstrak sampai teori, penafsiran, analisis dan seterusnya terhadap realitas
yang telah diamati dan dialami.
c Persamaannya ialah : Pada langkah-langkah pembelajaran dalam menurut keduanya menem-
patkan penentuan tujuan belajar pada urutan pertama.
Begitu pula pada urutan keempat
masing-masing
menempatkan penentuan dan
perancangan kegiatan belajar sesuai topik.
5. a Kesamaan pendapat Vigostky dengan Piaget dalam fungsi kognitif ialah :
bahwa Piaget banyak menerima argumen Vigotsky dan keduanya sependapat bahwa bahasa
dapat digunakan
dengan cara egosentrik dan
pemecahan masalah (problem –solving)
b perbedaannya ialah : pembicaraan anak pada diri sendiri saat bermain oleh
Piaget
disebut sebagai percakapan egosentrik yang merupakan indikasi
lain bahwa anak kecil
belum dapat
melihat dunia melalui mata orang
lain. Mereka bicara
tentang apa yang
terjadi pada
dirinya tanpa perduli kepentingan dan perhatian orang disekitarnya.
Bagi
Vigotsky pembicaraan anak pada diri sendiri dinilainya
sebagai sebuah proses perkembangan
kognisi anak
dengan menggerakkan anak kearah pengaturan diri sendiri, kemampuan
membuat
rencana, melakukan monitor, dan mengarahkan pikiran dan cara pemecahan
masalah sendiri ketimbang sebagai tanda
ketidak matangan kognisi anak.
c Cara penerapan konsep Vigotsky
dalam pembelajaran formal disekolah ialah :
Dengan mengarahkan
para guru melakukan lebih dari
sekedar menata lingkungan belajar
sehingga anak anak
dapat menemukan sendiri hal-hal
yang baru. Anak-anak tidak boleh
dan tidak
seharusnya diarahkan untuk mencipta atau menemukan pengetahuan
yang
telah ada dalam
lingkungan dan budaya mereka. Vygotsky memandang guru , orang tua dan
orang dewasa
lainnya sebagai inti dari pembelajaran
dan perkembangan anak (Karpov &
Haywood, 1998)
Anak-anak
harus diposisikan pada situasi dimana mereka harus mencapai pemahaman,
tetapi dukungan
dari teman mereka atau dari guru harus selalu diatur dan disiapkan .
Kadang-kadang guru terbaik datang dari temannya
sendiri, yang baru saja menggambarkan
suatu masalah karena mungkin saja teman anak tersebut sedang menyentuh zona atau fase
perkembangan
proximal (zone of proximal development) pelajar tersebut . Anak-anak harus
dibimbing melalui berbagai penjelasan, demonstrasi,
dan kerja sama dengan anak-anak
lain
yang memungkinkan
terciptanya belajar bersama (cooperative
learning). Menyuruh anak
belajar dengan seseorang yang sedikit lebih baik pada saat
ada kegiatan juga termasuk ide
yang baik. Kemudian
anak-anak harus diberi semangat untuk berbicara
atau menggunakan
bahasa untuk
mengatur cara mereka berpikir, dan menyampaikan apa yang ingin mereka
sampaikan.Dialog dan
diskusi merupakan jalur penting menuju belajar ( Karpov & Bransford,
1995 ; Kozulin &
Presseisen, 1995; Wink &
Putney,2002).
Reference
Karpov, Y.V., & Bransford, J.D. (1995). L.S.
Vigotsky and the doctrine of empirical and
theoritical learning. Educational Psychologist, 30, 61-66
Kozulin, A., & Falik,
L.(1995). Dynamic cognitive assessment
of the child. Current Directions, 4:192
Maslow,A.H. (1970). Motivation
and personality (2nd ed.). New York: Harper and Row
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media
Rogers,C.R., & Freiberg,H.J. (1994) Freedom
to Learn (3rd ed.). Columbus, OH : Charles E.Merrill
Wink,J., & Putney, L. (2002). A
Vision of Vigotsky. Boston : Allyin and Bacon
WASSALAM