Senin, 10 September 2012



                                          TEORI BEHAVIORAL DAN HUMANISTIK     
                                                                                                        
                                                                       OLEH                                               
                                                                   
                                                                  NUR ASIK
                           
1. a   Terhadap pernyataan  C.R.Rogers  yang memandang   manusia itu mempunyai kemampuan
          belajar  secara alami, penulis berpendapat sebagai berikut :  Pertama-tama  penulis  akan
          mengulang kembali pernyataan  Roger bahwa  tidak ada penjelasan  tentang mengapa
          seseorang berbuat seperti mereka berbuat  dari  penganut aliran behavioral . Bagi penganut
          aliran humanistik seperti Roger menekankan  sumber motivasi  intrinsik sebagai kebutuhan
          seseorang terhadap  aktualisasi diri  (maslow,1970, 1968), kecenderungan aktualisasi  diri 
          bawaan. (Rogers & Freiberg,1994) atau kebutuhan  terhadap penentuan diri sendiri. Dari pers-
          fektif humanistik, memotivasi  berarti  mendorong  sumber daya bagian dalam manusia seperti
          rasa ingin bersaing, kepercayaan diri,  kemandirian,  aktualisasi diri.
                Dua hal tersebut diatas  sepintas sangat bertolak belakang  tetapi  mari kita semua
         Kembali kepada paradigma  aksiomatik yang mengatakan bahwa  semua teori memilki
         Kelebihan dan kekurangan. Masing – masing teori memiliki  titik fokus yang menjadi  pusat
         perhatian apakah kepada  hasil atau proses  dan sebagainya.  Walaupun teori behavioral dan
         humanistik  nampak berbeda  termasuk  teori-teori lain, tetapi  ada kesamaan umum  dalam
         mendefinisikan belajar yang mencakup :
1)      Adanya perubahan  atau kemampuan baru
2)      Keberlangsungan  perubahan tersebut  berlangsung lama atau permanen
3)      Perubahan terjadi karena ada usaha
4)      Perubahan tidak muncul karena faktor pertumbuhan ( Miarso, 2004 550-551)
            Kesimpulannya ialah bahwa  seorang  pengajar harus pintar memilih dan memilah teori yang
       sesuai dengan  bidang yang akan diajarkan. Karena  kembali lagi bahwa tidak ada satu teori
       belajar yang mondominasi  atau unggul dalam semua  bidang kajian.
     
     b  Cara mengaplikasikan perpaduan pendapat diatas dalam pembelajaran dikelas   :
              Secara alami  dalam pengajaran bahasa  contohnya  seorang instruktur  tidak perlu repot
         untuk memilih yang mana harus dipakai duluan dan yang mana dibelakang karena  secara
          otomatis  LAD pelajar akan menyeleksi yang mana  konsumsi  behaviour dan yang mana bagian
          kognisi. Ketika yang dibicarakan menyangkut  pemahaman konsep tentu saja   jalur  kognisi
          perlu dibuka lebar-lebar . Sebaliknya  kalau yang menjadi penekanan adalah skill atau
          ketrampilan maka pasti ruang adalah teori behaviourlah yang  lebih sesuai  untuk dibuka .
         Ibarat  makanan , semua unsur yang ada memberikan manfaat sesuai dengan fungsinya masing-
          masing.

2.  a  Persamaan dengan pendapat tokoh pendekatan behaviorisme ialah :
           1)  Keduanya  sama  sama  mengaktifkan peserta didik  dengan  memberikan kesempatan
                 Kepada siswa untuk mengaktualisasikan  dan menumbuhkan kepercayaan dirinya (versi 
                Coombs) dan proses belajar dapat berlangsung dengan baik bila peserta didik ikut terlibat
                 aktif didalamnya (versi behaviorisme)
           2) Sama sama mengembangkan suasana belajar yang menantang  dan dapat dimengerti ( versi
                Coombs) dan memberikan respon balik terhadap setiap respon peserta didik

 

   b  Perbedaannya ialah  bahwa teori behaviorisme lebih menekankan pada hasil  dan bukan proses
       sementara  Coombs menempatkan proses sebagai hal sangat penting dalam setiap aktivitas
       pembelajaran.
     c   Pengimplementasian  pendapat Coombs ini  ialah dengan :
1)      Menganalisis kebutuhan siswa
2)      Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multidimensi karena pen-
dapat ini memandang manusia  dengan pandangan yang sangat kompleks yang mencakup
aspek cognitif, affektif dan psikomotor secara simultan.

3.  a  Tokoh yang terkait dengan  pernyataan ini ialah  Ausebel. Menurut  beliau  belajar haruslah bermakna denga:                                                                                                                                                         
1)      Memilih materi  yang secara potensial bermakna  lalu diatur sesuai dengan tingkat perkem
-bangan  dan pengetahuan masa lalu
           2)   Menyajikannya dalam situasi belajar  yang bermakna.
Pembelajaran bermakna  (meaningful learning) merupakan suatu proses dikaitkannya  informasi
baru  pada konsep –konsep relevan yang terdapat dalam  struktur kognitif peserta didik.proses belajar tidak sekedar menghafal berbagai konsep atau fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan
menghubungkan konsep –konsep  untuk memperoleh pemahaman utuh sehingga konsep yang dipelajari  akan difahami secara baik  dan tidak mudah dilupakan. Para pendidik atau instruktur perlu
terus memahami dan menggali konsep-konsep  yang telah dimiliki peserta didik dan membantu mereka memadukannya secara harmonis dengan pengetahuan baru yang  akan dipelajarinya. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran bermakna  meliputi :
a)      Menentukan tujuan pembelajaran
b)      Mengidentifikasi karakteristik peserta didik
c)       Memilih materi ajar
d)      Menentukan topik
e)      Mengembangkan bahan ajar
f)       Mengatur topik-topik
g)      Melakukan penilaian proses
Semua ini perlu dilakukan dengan   target memahami  dan bukan menghafal, disusun mulai dari yang
sederhana  ke yang lebih kompleks dan rumit dan memperhatikan perbedaan individu peserta didik untuk  pemberian perlakuan khusus jika diperlukan.

      b  Cara pengimplementasiannya dalam pembelajaran dikelas ialah  dengan menerapkannya
          melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)      Mengukur kesiapan peserta didik
2)      Memilih materi-materi kunci
3)      Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai  dari materi baru itu
4)      Memberikan pandangan umum tentang materi yang akan diberikan
5)      Memakai advance organizers
6)      Membelajarkan peserta didik memahami konsep dan prinsip ( Bambang .W, (2008:73)
        

4. a  Landasan Psikologi yang mendasari  pendapat  Bruner ialah teori belajar kognitif  dengan 
         asumsi dasar bahwa setiap orang  telah  memiliki pengetahuan dan pengalaman  didalam       dirinya yang tertata dalam struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila  materi pelajaran yang  baru bersesuaian dengan struktur kognitif  yang sudah dimiliki oleh  peserta didik.
     b   Perbedaannya dengan pendapat Piaget tentang kemampuan  pemorolehan bahasa anak  ialah:
           Menurut Piaget  perkembangan kognitif  merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang
          didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistim Syaraf.  Dengan bertambahnya
           umur, maka susunan syaraf seseorang akan  semakin kompleks  dan  hal ini memungkinkan
           terjadinya peningkatan  pada kemampuannya (Traves  dalam Toeti, 1992:28)
           Secara umum  untuk belajar sesuatu tidak perlu menunggu sampai  peserta didik mencapai
           tahap perkembangan tertentu. Yang penting  bahan pelajarannya tertata dengan baik  maka
           dapat diberikan  kapan saja. Dengan kata lain  perkembangan kognitif seseorang  dapat
           ditingkatkan dengan jalan mengatur  bahan belajar yang akan dipelajari  dan menyajikannya
sesuai dengan tingkat perkembangannya.                                                                                                 Sedangkan menurut Bruner perkembangan   kognitif  seseorang terjadi  melalui tiga tahap yang  terkait dengan  cara Seseorang memandang lingkungan yaitu :
1)Tahap enaktif, peserta didik  melakukan aktivitasnya dalam  kaitannya dengan upaya    memahami lingkungan secara langsung
2)Tahap ikonik, peserta didik  melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal
3)Tahap simbolik, peserta didik telah mempunyai  gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh  bahasa dan logika dan menggunakan simbol dlam berkomunikasi  yang semakin lama-semakin dominan untuk kemudian sampai kepada pemahaman gagasan abstrak  sampai teori, penafsiran,  analisis dan seterusnya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.
               
     c   Persamaannya ialah :  Pada langkah-langkah pembelajaran dalam  menurut keduanya  menem-
          patkan  penentuan tujuan belajar pada urutan pertama. Begitu pula pada urutan keempat
          masing-masing menempatkan penentuan  dan perancangan   kegiatan belajar  sesuai topik.

5.   a  Kesamaan pendapat  Vigostky dengan  Piaget dalam fungsi kognitif ialah :
           bahwa Piaget  banyak menerima  argumen Vigotsky dan  keduanya sependapat bahwa  bahasa  
           dapat digunakan dengan cara  egosentrik  dan  pemecahan masalah (problem –solving)
     
       b  perbedaannya ialah : pembicaraan anak  pada diri sendiri saat bermain  oleh  Piaget
            disebut sebagai  percakapan egosentrik yang merupakan indikasi lain bahwa  anak kecil 
            belum dapat melihat  dunia melalui mata orang lain.  Mereka  bicara  tentang apa yang
            terjadi pada dirinya  tanpa perduli  kepentingan dan perhatian orang disekitarnya. Bagi  
            Vigotsky  pembicaraan anak pada diri sendiri dinilainya sebagai  sebuah proses perkembangan
            kognisi anak dengan  menggerakkan anak  kearah pengaturan diri sendiri,  kemampuan 
            membuat rencana,  melakukan monitor,  dan mengarahkan  pikiran dan cara pemecahan
            masalah sendiri  ketimbang sebagai  tanda  ketidak matangan kognisi anak.

       c    Cara penerapan konsep  Vigotsky  dalam pembelajaran formal disekolah ialah :
             Dengan mengarahkan para guru  melakukan lebih dari sekedar  menata lingkungan belajar
             sehingga  anak anak  dapat menemukan sendiri  hal-hal yang baru.  Anak-anak  tidak boleh
             dan tidak seharusnya  diarahkan  untuk mencipta atau menemukan  pengetahuan  yang
             telah ada dalam lingkungan dan budaya mereka. Vygotsky memandang guru , orang tua dan
             orang dewasa lainnya sebagai  inti dari pembelajaran dan perkembangan anak (Karpov &
             Haywood, 1998)
                   Anak-anak harus diposisikan  pada situasi  dimana mereka harus mencapai  pemahaman,
             tetapi dukungan dari teman mereka atau dari guru harus selalu diatur dan disiapkan .
             Kadang-kadang  guru terbaik datang dari temannya sendiri,  yang baru saja menggambarkan
             suatu masalah  karena mungkin saja  teman anak tersebut  sedang menyentuh zona atau fase
             perkembangan proximal (zone of proximal development) pelajar tersebut . Anak-anak  harus
             dibimbing  melalui berbagai penjelasan,  demonstrasi,  dan kerja sama dengan  anak-anak lain
             yang memungkinkan terciptanya  belajar bersama (cooperative learning). Menyuruh anak
            belajar dengan  seseorang yang sedikit lebih baik  pada saat  ada kegiatan juga termasuk ide
            yang baik. Kemudian anak-anak harus diberi semangat untuk berbicara  atau menggunakan
            bahasa untuk mengatur cara mereka berpikir, dan menyampaikan apa yang ingin mereka
            sampaikan.Dialog dan diskusi  merupakan jalur penting  menuju belajar ( Karpov & Bransford,
            1995 ; Kozulin & Presseisen, 1995;  Wink & Putney,2002).


                                                                       Reference

                                                                        
Karpov, Y.V., & Bransford, J.D. (1995). L.S. Vigotsky and the doctrine of empirical and  theoritical   learning. Educational Psychologist, 30, 61-66

 Kozulin, A., & Falik, L.(1995). Dynamic  cognitive assessment of the child. Current  Directions, 4:192

Maslow,A.H. (1970). Motivation and personality (2nd ed.). New York: Harper and Row

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai  Benih Teknologi Pendidikan.  Jakarta : Prenada Media

Rogers,C.R., & Freiberg,H.J. (1994)  Freedom to Learn (3rd ed.). Columbus, OH : Charles E.Merrill
                                                                                                                                            

Wink,J., & Putney, L. (2002). A Vision of Vigotsky. Boston : Allyin and Bacon




WASSALAM
                                                                                                                                                   





                     TELAAH BAHAN AJAR MATA KULIAH BAHASA INGGRIS UMUM                  DI UIN ALAUDDIN MAKASSAR

NAMA  BUKU

STANDARD ENGLISH VOCABULARY
AND
X-Y THEORY

BAGIAN  I

PENDAHULUAN

    Berbagai macam cara telah, sedang dan akan terus dilakukan oleh berbagai pihak yang perduli terhadap perkembangan proses  belajar mengajar dalam berbagai disiplin ilmu khususnya dalam bidang kebahasaan dan lebih khusus lagi terhadap perkembangan pengajaran bahasa Inggris di Indonesia. Sebagian ilmuan mengarahkan  tenaga dan pikirannya pada bagaimana menghadapi anak didik dengan menyodorkan berbagai metode yang dianggap ampuh mencairkan kebekuan dan kebuntuan otak anak didik dalam menghadapi materi pembelajaran khususnya bahasa Inggris. Sebagian lagi sibuk dengan dan menghabiskan waktunya untuk membuat kerangka dasar bagaimana  wujud suatu bangunan akan nampak kelak,  dan sebagian lagi rela menghabiskan tenaganya untuk menyiapkan bahan baku yang diperlukan untuk tegaknya suatu bangunan yang sudah matang dalam perencanaan . Hal ini  tentu saja harus disyukuri karena tuhan telah mempertemukan empat unsur utama yang memungkinkan hal tersebut terjadi  yaitu:
1.      Kemauan /kehendak
2.      Kemampuan
3.      Kesempatan
4.      Restu / Reda Allah SWT
Namun demikian tentu  saja pernyataan penulis ini bukanlah lembaran terakhir dari apa yang telah terjadi terkait dengan pembelajaran secara umum dan pembelajaran bahasa Inggris secara khusus.
     Secara mendasar semua yang telah terjadi, sedang berproses dan yang sedang dalam perencanaan seyogyanya dilakukan secara sadar, terencana, terarah dan bertanggung jawab sehingga mudah mudahan saja setiap langkah yang kita ayunkan, setiap nafas yang kita hembuskan, setiap huruf yang kita tuliskan dan setiap kata yang kita ucapkan dapat bernilai ibadah disisiNya . Amin
Pada dasarnya semua buku ajar asal isinya tidak salah, baik. Tinggal bagaimana para pengajar atau instruktur memilih yang  sesuai dengan kebutuhan bersama dengan mahasiswa atau pelajar. Sama halnya bahan makanan. Betapapun enaknya beras ketan tentu tidak akan cocok kalau dipakai untuk membuat es buah atau rujak .Begitu pula betapapun enaknya pepaya matang yang baru dipetik dari pohonnya tidak akan cocok kalau dijadikan soto, dst.
         Penulis paparkan ini untuk mencegah fanatisme dalam pemilihan buku ajar tertentu karena walaupun buku itu disebut sebagai lautan ilmu, tetapi untuk mendapatkan ilmu masih memerlukan ketrampilan menimba ilmu  dan bagian ini adalah hal yang  sangat hakiki atau fundamental. Semua buku adalah sumber ilmu sama halnya semua lautan mengandung ikan, tetapi bagi orang yang tidak  faham bagaimana memanah atau menjala ikan, maka lautan yang penuh ikan tidak akan berarti  apa-apa baginya. Begitu pula betapapun bagus dan banyaknya ilmu dalam sebuah buku, tidak akan memberi manfaat seperti yang diharapkan kalau instrukturnya tidak memandu dan mengarahkan anak-anaknya dengan baik. Bagi penulis peran guru harus dimaksimalkan dan seorang instruktur harus memahami hal itu. Salah satu guru yang baik adalah pengalaman dan tugas seorang guru harus sampai pada bagaimana memberi pengalaman kepada anak didiknya agar guru tersebut dapat menciptakan banyak guru- guru baru yaitu pengalaman baru bagi siswanya.
     Tibalah waktunya penulis mengarahkan perhatiannya pada telaah buku yang berjudul Standard English Vocabulary dan X – Y Theory  yang ditulis oleh penulis sendiri.
Buku ini merupakan buku referensi tetapi banyak digunakan secara klasikal dibeberapa perguruan tinggi di Makassar seperti UNISMUH ( Universitas Muhammadiyah) Makassar, UNHAS ( Universitas Hasanuddin) Makassar, STMIK ( Sekolah Tingngi  Manajemen Informatika dan Komputer) Handayani Makassar dsb.
   Buku ini banyak digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris secara umum karena buku ini didisain secara terbuka tanpa ikatan pada pendekatan dan tehknik khusus. Buku ini hanya memberikan dua penekanan yaitu penguasaan kosa kata dan penguasaan dasar-dasar  pembentukan kalimat sederhana dalam bahasa Inggris.
Penulis berpendapat bahwa ada dua hal yang wajib seorang kuasai yaitu :
1.      Aturan  atau tata bahasa
2.      Perbendaharaan (kosa kata)
Penulis akan memaparkan beberapa hal yang terkait dengan buku ini pada bagian selanjutnya yaitu pada bagian  kedua yang akan segera muncul dihadapan anda sebagai berikut.

BAGIAN II
TINJAUAN EMPIRIS
Berdasarkan analisis kesalahan yang pernah penulis lakukan ada beberapa hal yang sangat fundamental yang harus seorang  instruktur bahasa inggris di Indonesia fahami :
1.      Kondisi  fisik dan mental mahasiswa atau bahkan pelajar SMA umumnya sudah memiliki warna terkait dengan pengalaman yang telah dilaluinya dalam banyak hal, termasuk dalam hal kebahasaan. Dalam pandangan penulis , merubah atau menggeser kebiasaan lama jauh lebih susah dari pada membentuk kebiasaan baru.
2.      Bahasa Inggris di Indonesia adalah bahasa super asing . Penulis mengatakan hal ini karena struktur bahasa Inggris sangat berbeda dengan struktur bahasa Indonesia ( asing secara struktural) . Pengucapan bahasa inggris sangat berbeda dengan pengucapan bahasa Indonesia (asing secara phonology), bahasa Inggris mempunyai fungsi –fungsi tertentu yang berbeda dengan bahasa Indonesia ( asing secara cultural)
3.      Penggunaan bahasa Inggris di Indonesia masih sangat terbatas, artinya peran lingkungan belum berpengaruh terhadap pengembangan potensi kebahasaan (bahasa Inggris)
4.      Budaya atau cara menggunakan bahasa indonesia oleh orang Indonesia sering mempengaruhi pemahaman mereka dalam menggunakan bahasa inggris seperti:
Apa anda lapar ? disamakan dengan apakah anda lapar ? sehingga  banyak diantara mahasiswa atau pelajar yang mengatakan what you hungry ? ( yang benarnya Are you hungry ?)
5.      Banyak mahasiswa yang tidak  mampu membedakan antara  TO BE dan TO DO  contohnya sering penulis dapati mahasiswa yang mengatakan where is you live ? ( yang benar where  do you live ?). Hal ini sangat sederhana karena sejak di SMP mereka sudah diajarkan, tetapi kenyataannya sampai mereka di perguruan tinggi, mereka masih saja melakukan kesalahan ketika  menggunakan pola tersebut.
Begitu pula  hal-hal lain yang semestinya mereka sudah fahami tetapi ternyata belum.
        Hal-hal seperti yang tersebut diatas telah memberikan ilham pada penulis untuk merancang Sebuah buku sederhana yang berjudul Standard English Vocabulary and X-Y Theory .
BAGIAN III
TINJAUAN FILOSOFIS
       Secara filosofis, buku ini berangkat dari prinsip dasar pengenalan bahasa secara umum yaitu penguasaan kosa kata  yang sangat prinsip seperti kata benda dengan berbagai kategori yang selama ini dipandang sebagai hal biasa dalam ketidak biasaannya. Artinya sudah biasa tidak digubris dan ketidak biasaan tersebut sudah menjadi kebiasaan padahal hal ini sangat penting untuk diketahui oleh setial mereka yang hendak mengasai bahasa inggris. Dalam bahasa Inggris khususnya dan dalam  bahasa apa saja  umumnya, penulis yakin bahwa pengenalan  kata benda dengan segala variasinya sangat membantu seseorang untuk memahami dasar-dasar pembentukan kalimat. Begitu pula pengenalan kata kerja dan kata sifat serta kata keterangan sebelum kita melangkah pada tahapan penyusunan kalimat. Analoginya ialah bahwa sebelum anak diajar menyusun pakaian dilemari mereka harus dibuat faham dulu yang mana disebut celana (celana panjang, celana pendek, celana dalam ) , baju (baju kemeja, baju kaos, baju dalam ), rok, sarung dan lain-lain. Kalau sebelum mereka mengenal semua itu dengan baik maka yakinlah akan ada celana tersimpan di sarung . Begitu pula pengajaran bahasa inggris , mereka harus faham betul unsur-unsur  kalimat sebelum mereka menyusunnya. Tentu saja hal ini tidak terbatas didalam ruangan, boleh dimana saja di – bandara, di hotel atau ditempat lain yang memungkinkan mereka faham semua itu.Argumen ini turut memberikan pemikiran bagi penulis untuk mendisain sebuah buku yang sangat memperhatikan dasar-dasar tersebut.

BAGIAN IV
UNTUK SIAPA BUKU INI ?
Buku  ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar siapa saja karena dari pelajar tingkat dasar sampai mahasiswa senior. Buku ini diibaratkan sebagai susu formula umum yang dapat dikomsumsi oleh siapa saja. Yang membedakan bukan pantas atau tidak , boleh atau tidak , tetapi berapa yang dapat diminum oleh siapa dari galon yang penuh susu tersebut. Kalau orangnya kuat minum mungkin sekali atau dua kali minum habis sudah susunya. Tetapi kalau anak –anak mungkin harus minun berkali-kali baru susunya habis. Beginilah analogi yang penulis dapat sampaikan .
    Kalau yang belajar adalah anak-anak SMP maka porsi yang diberikan tidak harus sama dengan pelajar SMA dan seterusnya . Penulis mengatakan tidak harus sama karena pada kenyataanya ada anak SMP minumnya lebih kuat dari anak SMA bahkan mahasiswa  sekalipun.  Dalam hal ini instruktur harus membatasi porsi yang disiapkan diatas meja dengan catatan  bahwa siapapun yang ingin tambah dipersilahkan karena persiapan susunya sangat banyak dan tidak akan habis walau mereka minum sepuas-puasnya setiap waktu.Tentu saja hal ini dilakukan karena  instruktur perlu tahu seberapa bagus pertumbuhan anak – anak dibawah asuhannya.
Kalau  ada anak yang  susah makan atau selalu muntah-muntah itu artinya terjadi kelainan pada diri anak tersebut . Perlu ada pengobatan khusus (treatmnet)
Seorang instruktur tidak harus tunduk sepenuhnya pada buku Kalau isi bukunya dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran dan semuanya cocok maka para instruktur dipersilahkan untuk memakai semuanya, tetapi kalau tidak sedang diperlukan, maka instruktur harus mencari menu lain yang cocok .

BAGIAN V
DESAIN PRINSIP
    Buku in  didesain untuk mengantar para pelajar dan mahasiswa kearah kemampuan berkomunikasi secara aktif dan meyakinkan. Dengan penyajian kosa kata yang jumlahnya cukup besar, ditambah conto-contoh sederhana tetntang bagaimana menggunakan kata-kata tersebut sesuai dengan fungsi dan bentuknya yang berbeda-beda, diharapkan para pelajar dan mahasiswa akan mampu sedikit demi sedikit memahami bagaimana bahasa Inggris itu digunakan .
 Pemakai /instruktur yang meggunakan buku ini  diharapkan untuk menciptakan hubungan simetrik ( symmetrical relationship) antara instruktur dengan pelajar sebagaimana  hubungan antara  teman dengan teman,  sahabat dengan sahabat, teman belajar dengan teman belajar dan tidak meluluh menggunakan pola hubungan seperti konduktor dengan anggota orkestra,  dokter dengan  pasient atau pelatih dengan pemain. Sangat dianjurkan pelajar melalui media buku ini dipandang sebagai  prosesor (processor), pemeran ( performer), penginisiatif (initiator) dan pencari jalan keluar ( problem solver) sehingga para pelajar merasa bebas merencanakan apa saja yang ingin direncanakan asal yang baik dan berhubungan dengan pengembangan  potensi kebahasaan mereka. Dengan menggunakan buku ini  insya Allah wawasan dan kawasan keilmuan para pelajar dan mahasiswa akan berkembang.

BAGIAN  VI
PEMILIHAN MATERI DAN FOKUS
     Buku ini memuat kosa kata  yang intinya adalah apa dan bagaimana . Apa memuat beraneka ragam kosa kata yang sederhana tetapi agak berbeda dengan kosa kata pada buku sejenis. Selain kata dasar yang banyak disajikan dalam buku ini, kata-kata turunan juga banyak mewarnai perwajahan buku yang kecil ini. Kesulitan yang sering tergambar dari banyaknya kesalahan dalam pembuatan kalimat dalam bahsa Inggris yang dalam jumlah besar mencakup pemilihan bentuk kata dan juga pembentukan kata sesuai dengan fungsinya dicoba dijawab melalui pemaparan tekhnik dan cara pembentukan  kata sesuai dengan bentuk dan fungsi yang diperlukan. Hal ini diharapkan akan memudahkan para pelajar dan mahasiswa untuk membiasakan diri mereka memperkaya hasanah pengenalan mereka terhadap perbendaharaan kata bahasa Inggris.
Unsur-unsur dasar kalimat dalam bahasa inggris yang mencakup :
1.      Kata benda (noun)  baik kata asli atau kata jadian
2.      Kata kerja  (verb) asli atau jadian
3.      Kata sifat (adjective) asli atau jadian
4.      Kata keterangan (adverb) asli atau jadian
dipaparkan secara singkat tapi jelas untuk memberikan pemahaman dasar tentang bagaimana sebenarnya  fungsi dan bentuk masing-masing kata yang ada dalam sebuah kalimat.
Dalam bahasa Inggris, bentuk gender berbeda dengan bahasa Indonesia yang untuk mengatakan jantan dan betina pada  kuda sama saja ketika diperuntukkan pada kucing sama-sama jantan atau betina tetapi  dalam bahasa Inggris jantan pada kuda jantan tidak sama dengan jantan pada kucing jantan ( stallion = kuda jantan  ; tom-cat = kucing jantan) . Jadi banyak hal yang berbeda dengan bahasa Indonesia yang tidak terduga sebelumnya. Hal-hal seperti ini juga menjadi bagian yang ikur mewarnai ini buku ini.
Demikian pula bunyi- bunyi benda dan suara binatang yang pasti berbeda-beda menjadi bagian tak terpisahkan dalam buku yang sederhana ini.
Tempat tinggal untuk berbagai kelompok manusia dan hewan juga dipaparkan dengan cara sederhana diantara bagian-bagian lainnya.
Untuk melatih lidah para pelajar dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris, disiapkan dalam buku ini sarana latihan yang disebut rhyming words atau kata- kata berirama mirif . Masih banyak yang dapat diperoleh dalam buku ini yang insya Allah akan bermanfaat jadinya.

BAGIAN  VII
MODEL PENYAJIAN
Materi atau isi buku ini dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan berbicara (speaking), listening writing dan  reading . Seperti penulis katakan dalam kata pengantar bahwa buku itu adalah alat yang dapat didesain sesuai keadaan dan kebutuhan manusia. Sebagai contoh ; kalau seorang instruktur hendak menggunakan buku ini sebagai bahan speaking tentu saja sangat mudah karena cukup mengambil saja salah satu kata didalamnya lalu kita diskusikan dar sudut pandang yang berbeda-beda. Kalau kita mengambil kata discover, maka kita dapat diskusikan dengan dengan menuntun para siswa untuk bertanya seperti “apa yang ditemukan siapa” dan “siapa yang menemukan apa”, “kapan siapa menemukan apa ? “ dan seterusnya maka insya Allah diskusi akan jalan dan sekaligus berari instruktur telah mengajarkan speaking dengan menggunakan buku ini . kalau seorang instruktur hendak mengajarkan ketrampilan menulis dengan menggunakan buku ini, caranya antara lain ialah dengan mengembangkan sebuah kata atau lebih sesuai dengan kesepakatan, lalu diarahkan pada penggunaan konstituen kata tersebut .Lakukan brainstorming untuk menemukan sejumlah kata yang terkait dengan kata dasar tersebut . kembangkan dengan mengajukan pertanyaan infortmasi seperti : siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, berapa lama dst. Jawab pertanyaan tersebut dan hasilnya akan Ok. Kalau hendak menggunakan buku ini sebagai bahan dasar pengajaran mendengarkan juga bisa dengan cara meminta sebagian dari mereka membaca apa yang telah mereka tulis dan yang lainnya harus mendengarkan dan mencatat inti dari apa yang dibaca tersebut .

BAGIAN VIII
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A  Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, penulis ingin menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Buku apapun bentuknya sepanjang isinya adalah sesuatu yang baik dan sesuai dengan kebutuhan insya Allah akan bermanfaat ditangan orang-orang yang sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan
2.      Buku seyogyanya tidak membelenggu seseorang dalam berkreasi sesuai potensi yang Tuhan berikan pada dirinya
3.      Kebenaran pendapat manusia sangat relatif, hari ini bisa benar besok belum tentu.
4.      Buku tidak akan berarti apa-apa kalau yang menggunakannya tidak memahami cara menggunakan buku tersebut, tetapi penulis sangat yakin bahwa siapapun yang punya dasar bahasa Inggris walau sedikit pasti bisa menggunakan buku ini dengan baik insya Allah
5.      Semoga buku yang penulis terbitkan memberi manfaat kepada sebanyak-banyaknya pribadi dan kelompok . Amin

B  Penutup
 Tak ada gading yang tak retak merupakan ungkapan yang cocok untuk menyatakan bahwa tidak ada karya manusia yang sempurna, namun ketidak sempurnaan tersebut tidak perlu dijadikan alasan untuk bersikap statis dan apatis dalam dalam melangkah dan terus melangkah menuju titik pengharapan yang lebih berharga . Penulis tidak dapat berbuat banyak untuk memenuhi harapan banyak orang. Penulis hanya ingin menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang sangat berharga ini untuk melatih diri saya menyampaikan ide  dan pikiran sesuai  kemampuan yang ada pada saya.



                                                                  WASSALAM