Senin, 10 September 2012



PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Oleh
Nur Asik

A  Pengertian / Definisi
     Menurut Harper Colins Dictionary (Social Science / Education) belajar seumur hidup                ( lifelong learning) adalah ketetapan atau penggunaan kesempatan belajar secara formal atau non-formal sepanjang hidup manusia untuk membantu perkembangan dan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan pekerjaan dan dirinya secara berkesinambungan.Ada kemirifan dengan konsep seperti:Pendidikan  orang dewasa, pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pendidikan permanen dan istilah ain yang berkaitan dengan  belajar diluar sistim pendidikan formal. Dalam konteks orang Afrika, belajar seumur hidup, bisa merujuk kepada  pemorolehan pengetahuan dan ketrampilan yang terus menerus secara individu serta kemampuan mereka memindahkannya kepada orang lain dengan cara yang dapat difahami.  Kemampuan untuk  memindahkan  pengetahuan dan ketrampilan  tersebut  dari satu orang kepada orang lainnya  sanagat penting untuk  memelihara siklus belajar terus berjalan dan membuatnya bertahan selamanya.
B  Tahapan  Pendidikan Seumur Hidup
    Pendidikan  seumur hidup berarti pendidikan  yang bersumber dari integrasi pendidikan formal, non-formal dan informal yang dapat menciptakan perkembangan kualitas hidup  secara berkelanjutan (dari satu generasi kegenerasi selanjutnya)
Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia yang selalu berlangsung  kapan dan dimana saja. Adalah  sebuah proses belajar seumur hidup yang terjadi terus menerus, yang bermula dari sejak lahir sampai akhir hayat seseorang, mulai dari belajar dari keluarga, masyarakat,  sekolah,  lembaga keagamaan, tempat kerja dan lain-lain.  Masyarakat tradisional Afrika  memandang  belajar seumur hidup sebagai peran yang diharapkan seseorang mainkan didalam masyarakat, dari anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, remaja, dewasa sampai orang tua.
  1  Umur 0 – 5 Tahun
 Pada kelompok umur ini, banyak terjadi pembelajaran, sebagai persiapan dasar untuk membentuk  kebiasaan dan persiapan belajar kedepan. Pada fase ini boleh jadi merupaka fase dimana  porsi pembelajaran terbesar  terjadi, karena sebagai anak  hampir secara total mampu menirukan  segalanya dari tuanya, teman sepermainannya dan lingkungannya. Para ahli ilmu jiwa  seperti Sigmund Freud  pakar ilmu jiwa yang beraliran behaviour lainnya menekankan pentingnya belajar dimasa kanak-kanak. Belajar pada fase ini mempengaruhi perkembangan semua aktifitas belajar lainnya kelak selama hidupnya.
2  Umur 6 – 24 Tahun
      Belajar dalam kelompok umur 6-24 tahun  pada dasarnya berlangsung dalam lembaga pendidikan , dari tingkat dasr, menengah dan  tinggi.  Lingkungan  keluarga, organisasi sosial, lembaga keagamaan,  dan media massa, dapat pula memainkan peran pendidikan non formal dan informal selama periode ini. Tujuan pembelajaran pada periode ini adalah perkembangan pelajar secara menyeluruh dalam empat aspek  yaitu :
v  Perkembangan fisik
v  Perkembangan intelektuak
v  Perkembangan potensi sosial
v  Perkembangan mental dan emosi
3 Umur  25- 60 Tahun
    Orang yang umurnya antara 25 sampai 60 tahun dapat belajar secara informal selama masih aktif bekerja melalui media pembelajaran, yang kebanyakan dari pekerjaannya, tempat kerjanya, kolega-koleganya, perjalanannya, media massa, teknologi informasi lingkungan dan alam. Orang dewasa belajar dari pengalaman dan pemecahan masalah. Mereka secara terus menerus memerlukan perkembangan intelektual,  kapabilitas dan intergritas.
4  Umur  60 Tahun Keatas
   Pada umur yang sangat mapan ini,  orang mmencari pengetahuan untuk kepentingannya sendiri. Proses ini dapat disebut autoandragogy,  dari pedagogy, seorang dewasa dia membimbing dirinya sendiri. Tantangan dalam mencari pengetahuan baru dan mengajar dirinya  sendiri dapat melahirkan perasaan bangga sebagai sebuah prestasi dan dalam mempertahankan harga dirinya. Hal ini lebih jauh dapat meningkat nilainya dengan menawarkan pengetahuan baru mereka untuk kebutuhan  masyarakat setempat, yang pada gilirannya akan mmemberikan kontribusi yang berharga  kepada masyarakat.
C  Sejarah  Belajar Seumur Hidup Pada Pendidikan Amerika
     Sampai pada  pertengahan tahun 1800 an, pendidikan menengah memfokuskan pendidikan pada anak dan remaja  dalam kurikulum tradisional yang klasik. Menjelang pertengahan abad ke sembilan belas, Eropah dan Amerika menggunakan teknologi terbaik pada masanya yaitu sistim pos untuk membuka kesempatan belajar pada orang-orang yang mau belajar, tetapi tak dapat mengikuti  sekolah konvensional. Pelajar yang paling banyak mendapatkanh manfaat dari  pendidikan korespondensi seperti itu termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik, wanita yang tidak diperbolehkan mendaftar pada lembaga pendidikan yang dibuka khusus untuk pria, mereka yang mempunyai pekerjaan pada jam sekolah, dan mereka yang tinggal didaerah yang jauh yang belum memilki sekolah.
Pada penghujung abad, sejumlah gerakan kelembagaan yang penuh semangat muncul yang memperluas skop pendidikan tradisional dan jumlah pelajar yang diterima atau dilayani. Sekolah tinggi dan universitas  tumbuh untuk mata pelajaran tekhnik dan alamiah, pendidikan ketrampilan, penerapan penelitian dalam bidang praktek dan pemecahan masalah, kursus  korespondensi untuk  meningkatkan taraf hidup yang diselenggarakan bersama-sama dalam sekolah tinggi dan universitas umum. Sekilah tinggi masyarakat tumbuh untuk menjadi sumber kritikan terhadap pembelajaran dewasa dan traditional.
Banyak lembaga swasta , khususnya yang berada diwilayah perkotaan atau metropolitan ikut memperkenalkan pembelajaran orang dewasa untuk melayani masurakat yang terdekat. Universitas swasta yang berorientasi profit dan sekolah kejuruan milik perorangan pindah secar agresif kepada pasar pembelajaran orang dewasa dan tradisional.
Teknologi baru dan penyebaran Internet yang diperkenalkan secara online, blended dan e-learning , bahkan membuat pelayanan pelajar orang dewasa lebih mudah lagi. Organisasi belajar jarak jauh dan belajar non stop  menembus jalan dengan mengadopsi  teknologi dan penanganan yang mudah dan fleksibel  untuk mmendukung berbagai kebutuhan pelajar orang dewasa.
Menjelang akhir abad  kedua puluh,  kebanyakan universitas terkemuka memperluas penawaran kredit degree yang masih traditional dengan berbagai variasi pengalaman pendidikan eksekutif dan berkesinambungan untuk orang dewasa. Berbagai program pendidikan baru ditawarkan  melalui penggabungan mekanisme yang terorganisasi yaitu : Devisi pengembangan, Unit pendidikan dewasa yang berkesinambungan, sekolah untuk bidang profesional, program  pendidikan  eksekutif dan unit  pembelajaran jarak jauh. Penyebaran  program ini termasuk model operasionalnya yang unik menyebar dengan sempurna kedalam organisasi organisasi baru yang ada dalam  institusi tersebut.
Proses baru untuk penyelenggaraan  pendidikan dan mekanisme pendukung pelajar ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pemasaran pelajar dewasa secara dinamis. Awal abad kedua puluh satu mulailah abad globalisasi pendidikan dengan institusi pendidikan lokal yang meneruskan usaha skspansi mereka baik didalam maupun diluar Amerika Utara dalam upaya menjawab tuntutan pasar yang terus meningkat. Hambatan perbatasan secara geografis telah memudahkan munculnya kompetisi baik lokal maupun global.
Kondisi ekonomi yang tertekan  dan angkatan kerja yang menumpuk telah secara dramatis meningkatkan kebutuhan dan permintaan pelajar untuk meningkatkan kemampuan mereka, menambah ketrampilan dan pengetahuan mereka untuk menghadapi munculnya tatanan ekonomi baru serta untuk menghindari keterpurukan. Pada waktu yang bersamaan , pemimpin pada  lembaga pendidikan  tradisional, sekolah tinggi dan universitas, secara agressif mencari  sumber-sumber pendapatan baru untuk menetralkan kekurangan anggaran lokal, negara bagian dan federal.
Keadaan ekonomi yang sulit yang dibarengi dengan  pengurangan  anggaran institusi  traditional telah menyempurnakan badai  peluang bagi pakar organisasi dalam mengevaluasi, menciptakan, dan menawrkan program- program pendidikan baru. Lembaga-lembaga yang memiliki sejarah dalam pengembangan dan perluasan  dalam pendidikan orang dewasa, melanjutkan  pendidikan  dan pendidikan eksekutif,  telah menyadari adanya potensi  untuk menjawab  berbagai kebutuhan pelajar dewasa ini yang mempunyai beban secara ekonomi.
D. Belajar Seumur Hidup di Eropah
    Salah satu penggunaan pertama istilah pendidikan seumur hidup dapat dirujuk kepada  Yeaxlee, walaupun United Nations Educational Scientific & Cultural Organization (UNESCO) selama tahun enampuluhan dan tujuhpuluhan  yang mempopulerkan konsep tersebut sebagai  satu cara menghubungkan berbagai jenjang  pendidikan formal dan mengaitkannya dengan  pembelajaran  informal dan non-formal.
Hal tersebut  dipandang sebagai satu cara untuk memperluas konsep pendidikan dan membantu perkembangan pendidikan secara keseluruhan, disamping  mempromosikan pendidikan untuk pertumbuhan sosial dan ekonomi. Dua publikasi kunci  dimasa UNESCO  yaitu Learning to Be  (pendidikan seumur hidup Faure and  Ettore Gelpi’s) dan Hubungan Internasional (International Relation)  Pada waktu  yang bersamaan   Organisasi  Perancis  dalam bidang  ekonomi dan kerja sama dan pembangunan yaitu  OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)  mempromosikan konsep pendidikan  berulang, yang secara khusus  dirancang untuk  mendukung pertumbuhan ekonomi dan  meningkatkan ketrampilan para pekerja di Eropah.  Sasaran ini mencapai daya gerak (momentum) baru  pada tahun 1996 melalui laporan Jacques Delors “Learning the Treasure Within” dan tahun tersebut dijadikan  Tahun Pembelajaran Seumur Hidup Eropah  (European Year of Lifelong Learning). Untuk membuat  masyarakat Eropah perduli akan  pentingnya pembelajaran seumur hidup, dan untuk mendukung  kerja sama yang lebih baik  antara  lembaga pendidikan dan latihan  dengan masyarakat pengusaha, khususnya  para pengusaha kelas  kecil dan menengah,  membantu sebuah pembangunan area pendidikan  dan pelatihan  di Eropah melalui  pengakuan  qualifikasi akademik dan kejuruan  dalam wilayah  Uni Eropah  dan menekankan  contribusi  yang diberikan oleh pendidikan dan latihan  terhadap  penyamarataan kesempatan .                                                                       
E  Belajar Seumur Hidup Pada Masyarakat Belajar
    Sudah umum  dipahami bahwa belajar berlangsung seumur hidup: belajar yang sifatnya fleksibel, ada dan tersebar  kapan dan dimana saja . Belajar seumur hidup melintasi berbagai sektor, mengembangkan  kegiatan belajar diluar pembelajaran biasa atau tradisional dan berlangsung  sepanjang kehidupan orang dewasa ( pasca wajib belajar). Definisi ini  didasarkan pada  pendapat Jacques Delors tentang empat pilar pendidikan untuk masa depan.
v  Learning to know (belajar untuk tahu) – menguasai  sarana belajar  ketimbang  menyerap pengetahuan  jadi atau terstruktur. Analoginya ialah belajar menangkap ikan, bukan sekedar belajar mengenal atau makan ikan saja
v  Learning to do – memperlengkapi  orang dengan  jenis jenis pekerjaan  yang dibutuhkan sekarang dan dimasa yang akan datang, termasuk  inovasi dan adptasi pembelajaran  untuk  keadaan dimasa depan atau dimasa mendatang
v  Learning to live together, and with others – Belajar hidup bersama dan dengan orang lain - dengan damai menghindari konflik, memahami orang lain bersama budayanya, membantu perkembangan  kemampuan masyarakat, potensi dan kapasitas perorangan, ketahanan ekonomi dan kebersamaan dalam masyarakat.
v  Learning to be – Pendidikan memerikan kontribusi perkembangan  seseorang secara utuh : jiwa dan raga,  kecerdasan, kepekaan, penghargaan terhadap estetika dan spiritualitas.
Learning to Be merupakan tanda resmi Peter Vail yang disebutnya sebagai permanent white water yang berarti  kehidupan  tetap (permanen) diluar zona  kesenangan seseorang. Vail membuktikan bahwa satu satunya cara bagi pemimpin menegerial sekarang untuk bisa menguasai, bertahan , dan sukses  dalam dunia air putih (white water/ terjemahan harafiah) ialah dengan menjadi pelajar yang terus menerus. Pertanyaan  sentral ialah  bagaimana bentuk atau model pembelajaran dalam permanen white water ?
Hal ini didukung oleh  Learning to Learn.
Belajar seumur hidup dapat menanamkan  kreatifitas, inisiatif, dan sensitifitas  terhadap orang lain sehingga  memungkinkan mereka   untuk  menunjukkan  adaptabilitasnya dalam masyarakat pasca–industri melalui peningkatan  ketrampilan mereka  terhadap bagaimana:
v  Menghadapi  ketidak pastian
v  Berkomunikasi lintas budaya dan dalam suatu  budaya, sub budaya, keluarga dan masyarakat
v  Mengatasi konflik
Penekanannya ada pada learning to learn dan kemampuan mempertahankan belajar seumur hidup.
Masyarakat belajar memandang  jauh diluar lingkungan  pendidikan formal dan menempatkan  qualitas  bukan  hanya untuk perorangan  tetapi juga sebagai  elemen  berbagai sistim.
Ide  masyarakat belajar mendapatkan  pengakuan yang sungguh sungguh karena:
“kalau  belajar melibatkan segala kehidupan seseorang, dalam rentang waktu dan keragaman objek serta semua masyarakat,  termasuk  aspek sosial dan ekonominya, juga sumber pendidikannya, maka kita harus berangkat lebih jauh lagi dari pada hanya sekedar menata sistim pendidikaan yang rapi sampai kita mencapai tarap  masyarakat belajar.
    Masyarakat belajar adalah masyarakat terpelajar, digolongkan kedalam kewarganegaraan yang aktif, demokratis,  bebas dan memperoleh kesempatan yang sama . Hal ini mendukung  pembebelajaran seumur hidup dalam kebijakan sosial  mengenai  kerangka kerja demokrasi sosial  pasca perang dunia kedua. Tujuannya ialah untuk menyiapkan  kesempatan belajar dalam rangka mendidik  orang dewasa untuk menghadapi tantangan  perubahan  dan kewarganegaraan. Dukungan terhadap pemikiran ini dikemukakan oleh sebagian besar pendidik liberal di –wilayah-wilayah metropolitan Amerika Utara yang berbasis industri pada tahun  enampuluhan dan tujuhpuluhan.

F.Ciri Khas  Pembelajaran Seumur Hidup
   
      Konsep belajar seumur hidup menjangkau  isu-isu  pendidikan dan latihan  dalam skala  luas dan berbicara kepada audensi yang beraneka ragam.Tema umum  yang disampaikan dalam literatur tentang belajar seumur hidup  menyebutkan  empat karakteristik yang mengubah pendidikan dan latihan  menjadi konsep belajar seumur hidup:

1  Belajar  Informal
      Ciri khas pertama dari belajar seumur hidup ialah, bahwa  belajar seumur hidup mencakup bentuk pendidikan dan latihan  baik formal maupun non- formal atau informal. Belajar secara formal termasuk sistim sekolahan yang terstruktur secara hirarki mulai dari jenjang pendidikan dasar  sampai tingkat perguruan tinggi dan program  yang diselenggarakan  ala sekolahan  yang diciptakan  dalam perusahaan  untuk kebutuhan pelatihan teknik dan profesional. Sementara  belajar informal menggambarkan  sebuah proses seumur hidup dengan jalan mana  individu memperoleh karakter, nilai, ketrampilan dan pengetahuan dari  pengalaman sehari-hari serta pengaruh pendidikan  dan sumber daya lingkungan , dari keluarga dan tetangga, dari bekerja dan bermain, dari pasar, perpustakaan, dan dari media massa.
2  Belajar dengan motivasi sendiri
     Tema umum kedua dari belajar seumur hidup ialah pentingnya  belajar dengan motivasi sendiri. Ada penekanan berat  terhadap  kebutuhan perorangan untuk mengambil tanggung jawab  untuk  pembelajarannya sendiri. Pelajar seumur hidup , betapapun, tidak ditentukan oleh bentuk pendidikan dan latihan yang  didalamnya mereka terlibat, tetapi  oleh karakteristik personal yang mengantarnya kepada keterlibatan tersebut
Cassndra B.Whyte menekankan pentingnya titik kontrol (locus of control) kinerja akademik yang berhasil . Karakteristik pribadi  seseorang yang memiliki kecendrungan berat untuk berpartisipasi  dalam belajar, baik secara formal maupun secara informal selama hidupnya berarti dia telah  memperoleh :
v  Skill dan sikap yang diperlukan dalam belajar, khususnya ketrampilan yang berkaitan dengan huruf dan angka
v  Keyakinan  untuk belajar, termasuk rasa kesesuaian dengan sistim  pendidikan dan latihan  dan
v  Keinginan dan motivasi untuk belajar
Walaupun pendidikan dan latihan  bisa  mempunyai  dampak ekonomi secara  perorangan, disadari bahwa  dorongan ekonomi semata tidaklah cukup untuk  memotivasi seseorang untuk  belajar dan  berlatih . Sederet  penghambat motivasi  harus diidentifikasi dan dicari  agar  untuk sebagian orang  tetap bisa berpartisipasi dalam pendidikan dan latihan. Sementara sebagian orang  terkendala dari mengikuti pendidikan dan latihan  karena faktor sosial dan pribadi atau personal.                                                                                                                     Sebuah survey mengenai peserta kursus pendidikan orang dewasa di Australia  mengidentifikasi  sejumlah faktor yang  memotivasi seseorang untuk  melakukan  pembelajaran orang dewasa sebagai berikut :
v  Untuk meningkatkan ketrampilan dalam  pekerjaannya
v  Untuk memulai sebuah usaha
v  Untuk mendalami  sebuah  materi pelajaran atau memperluas pengetahuannya.
v  Untuk bertemu  dengan orang-orang baru
v  Untuk meningkatkan  rasa percaya dirinya
v  Untuk  melibatkan diri dalam  komunitas  tertentu
v  Untuk  mengembangkan  ketrampilan pribadi
v  Untuk berpartisipasi dalam  jaringan sosial.
    Dengan  memahami  rentetan faktor yang  menjadi motivasi dan juga penghambat untuk terlibat aktif dalam  pendidikan dan pelatihan,  kebijakan belajar seumur hidup cenderung  mempromosikan  keterlibatan seseoarang dalam belajar dalam kaitannya dengan kepentingan mereka sendiri ketimbang  sebagai alat untuk mencapai  tujuan tertentu  seperti pekerjaan. Tujuan keterlibatan  dalam belajar agaknya lebih  penting dari pada alasan mengapa mereka melibatkan diri. Hal ini dapat dilihat  sebagai  sebuah pengakuan tentang sejumlah faktor  yang memotivasi orang untuk  berpartisipasi dalam  belajar dan berlatih secara formal atau informal, selain sebagai tambahan  terhadap  tujuan instrumental.
3  Belajar Dengan Biaya Sendiri
      Belajar dengan biaya sendiri adalah ciri ketiga dari  literature belajar seumur hidup. Pemikiran  belajar atas biaya sendiri dikaitkan dengan  karakteristik  belajar dengan  motivasi sendiri. Melihat biaya yang disiapkan untuk  membantu keterlibatan belajar seumur hidup  dalam pendidikan dan latihan, agenda kebijakan pemerintah dalam pendidikan seumur hidup menekankan tanggung jawab perorangan atau individu untuk membiayai  keberlanjutan pendidikan mereka  dengan seminimal mungkin  bantuan dari pihak pemerintah.
Laporan dari Barat  mendefinisikan pelajar seumur hidup sebagai seseorang yang bertanggung jawab sendiri terhadap pembelajaran dirinya yang siap untuk menginvestasikan waktu, uang dan tenaga dalam pendidikan dan latihan  dalam basis yang berkelanjutan.
4  Partisipasi Umum (universal)
    Ciri keempat dari  belajar seumur hidup ialah komitmen terhadap  keikut sertaan  secara universal dalam  pendidikan dan pelatihan. Untuk  memberikan dukungan terhadap belajar seumur hidup kepada semua orang, maka OECD menegaskan pentingnya partisipasi  universl untuk mencapai tuntutan ekonomi  pada abad kedua puluh satu ini. Konsep partisipasi  universal mencakup belajar  informal dan formal  untuk semua tujuan – sosial, ekonomi  dan personal. Untuk menegaskan bahwa  partisipasi universal  dalam pembelajaran seumur hidup penting dalam  penyatuan masyarakat dalam  masa perubahan ekonomi dan sosial yang cepat, Delors mengajukan  empat karakteristik pelajar  seumur hidup seperti yang tersebut sebelumnya yaitu :
v  Learning to do ( memperoleh dan menggunakan skill, termasuk life skill)
v  Learning to be ( Meningkatkan kreatifitas dan kemandirian)
v  Learning to know ( sebuah pendekatan terhadap belajar yang fleksibel, kritikal dan tangguh)
v  Learning to live together (berusaha teleransi, memahami dan saling menghargai)
  G Konsep  Belajar Seumur Hidup  Lembaga Internasional
   1 Bank Dunia (World Bank)    
    Bank dunia menyatakan  bahwa  belajar seumur hidup sangat penting  bagi setiap orang untuk memelihara keseimbangan dirinya  ditengah teknologi dan pasar kerja global yang konstan dalam perubahan. Belajar seumur hidup adalah persiapan  dalam menghadapi  kehidupan yang  tidak stabil akibat  pergantian  pekerjaan, kebutuhan pekerjaan dan keadaan geografis tempat kerja. Dalam pandangan ini  pekerja pengembara atau suka berpindah tempat harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan  kondisi kehidupan baru, teknologi dan kebutuhan  pekerjaan itu sendiri. Hal ini memerlukan keadaan pembelajaran seumur hidup, ketrampilan belajar yang dapat membantu  seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang selalu berubah-ubah.                
     Pendekatan bank dunia   terhadap belajar seumur hidup mencakup gabungan dari beberapa kompetensi. Bank dunia  menyebutkan  pengetahuan  dan kompetensi yang diperlukan  untuk  belajar seumur hidup sebagai berikut :
 Kemampuan akademik dasar, seperti  kemampuan berbahasa asing,  matematika dan ilmu alam, kemampuan  menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Pekerja harus memiliki  ketrampilan ini secara  efektif,  bertindak mandiri dan cekatan dan bergabung  serta berperan dalam kelompok sosial yang heterogen. Menurut pendekatan dari bank dunia (World Bank) pelajar seumur hidup, harus  bertindak  mandiri dalam menyiasati rencana kehidupannya  dan siap bekerja dalam angkatan kerja yang  multi kultur atau budaya.
2 UNESCO(United Nations Educational Scientific and Cultural Organization)
     UNESCO memberikan  pandangan yang lebih humanistik mengenai belajar seumur hidup dibandingkan dengan  argumen ekonomi yang sebenarnya dari Bank dunia dan OECD.
Wacana mengenai belajar seumur hidup dari UNESCO mengarah kepada perkembangan utuh seseorang. The World of Education Today and Tomorrow  menegaskan bahwa  penekanan harus  pada Belajar elajar (learning to learn) dan bukan pada penyesuaian antara sekolah dengan  kebutuhan bursa kerja . Laporannya berbunyi, “ Tujuan pendidikan ialah  memungkinkan  seseorang menjadi dirinya sendiri ..... dan tujuan pendidikan  dalam kaitannya dengan  lapangan pekerjaan dan perkembangan ekonomi  tidak perlu terlalu dipersiapkan ... untuk sesuatu yang khusus, pekerjaan seumur hidup, seperti untuk mengoptimalkan  mobilitas  diantara berbagai profesi  dan mengupayakan perangsangan permanen  agar berselera belajar dan berlatih sendiri.
Perspektif  laporan tersebut diatas ialah bahwa cinta  belajar menciptakan gairah untuk  belajar seumur hidup dan memelihara ketahanan  masyarakat belajar, dan karenanya tujuan belajar seumur hidup  ialah memberikan  orang kekuatan untuk  berlatih melakukan kontrol demokrasi terhadap perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.                                                                                                                                  
3 OECD (Organization for Economic and Co-Operation and Development)
    Kerangka belajar seumur hidup versi OECD menekankan bahwa  belajar terjadi sepanjang jalan kehidupan manusia. Pendidikan formal memberi kontribusi pada pembelajaran sebagaimana yang terjadi pada pendidikan non formal dan informal yang terjadi dirumah, ditempat kerja, pada kominitas tertentu dan dimasyrakat secara luas.
   Ada lima  ciri utama pendekatan  belajar seumur hidup yang difahami  oleh OECD sebagai berikut :
v  Belajar seumur hidup menawarkan suatu pandangan  belajar yang sistimaik. Sebab didalamnya ada kajian tentang permintaan atau kebutuhan, juga penawaran, kesempatan belajar, sebagai sebuah sistim yang saling terkait yang mencakup keseluruhan siklus kehidupan yang terdiri dari seluruh bentuk pendidikan  formal dan  informal
v  Belajar seumur hidup menekankan inti pada pelajar dan perlunya  melakukan inisiatif untuk memenuhi beraneka ragam kebutuhan pelajar tersebut.Hal ini menjelaskan adanya keseimbangan perhatian antara permintaan untuk belajar pada satu sisi dan penawaran disisi lainnya.
v  Pendekatan yang digunakan menekankan motivasi untuk belajar, dan menarik perhatian untuk belajar dengan arah dan cara sendiri.
v  Belajar seumur hidup  menekankan tujuan ganda dari kebijakan pendidikan, yang memasukkan aspek ekonomi, sosial dan budaya, perkembangan individu dan kewarganegaraan.
v  Pendekatan belajar seumur hidup juga menyadari bahwa untuk individual, prioritas diantara sekian  tujuan (objectives) dapat berubah dalam siklus kehidupan manusia dan karenanya setiap tujuan  harus diperhitungkan dalam pengembangan kebijakan.
4  European Commission (Komisi/Uni Eropah)
      Menurut Uni Eropah mengenai Lifelong Learning, Skala perubahan sosial dan ekonomi, transisi menuju masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan, tekanan prilaku manusia yang bersumber dari masyarakat yang sudah tua  di Eropah merupakan tantangan yang memerlukan pendekatan baru terhadap  belajar dan pelatihan yang intinya ada dalam konsep belajar seumur hidup.
Belajar seumur hidup difefinisikan sebagai :
    Seluruh aktivitas belajar yang dilakukan seumur hidup dengan tujuan untuk menambah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dalam tataran kehidupan individual dalam masyarakat atau dalam persfektif yang terkait dengan pekerjaan.
Uni Eropah dalam upaya terkait dengan belajar seumur hidup berharap agar seluruh warga negara diberdayakan agar mereka dapat bergerak dengan bebas diantara setting belajar, pekerjaan, wilayah dan negara dalam pencarian ilmu. Karenanya belajar seumur hidup mengarah pada belajar mulai dari pendidikan pra sekolah sampai setelah  pensiun (belajar dari ayunan sampai keliang lahat) dan mencakup seluruh bentuk  pendidikan baik formal, informal maupun non formal. The European Commission’s Lifelong Learning  Initiative (Prakarsa Komisi Belajar Seumur Hidup Eropah) mengupayakan penduduknya dalam semua taraf kehidupan mereka untuk mengambil bagian dalam mendorong atau merangsang berbagai pengalaman belajar, termasuk memberikan bantuan dalam pengembangan sektor pendidikan dan pelatihan diseluruh Eropah.

H Kesimpulan

  1  Konsep belajar seumur hidup mendapat dukungan yang sangat luas diseluruh dunia
      walaupun masing- masing mengajukan argumen yang berbeda-beda
  2  Belajar seumur hidup tidak mengenal ruang dan waktu serta keadaan.
  3  Belajar seumur hidup memberika kamampuan yang besar untuk melakukan adaptasi
      Bagi siapa saja,dimanapun  dan dalam situasi apapun mereka berada
  4  Salah satu konsep belajar yang dianut oleh Uni Eropah ialah belajar dari ayunan sampai
      keliang lahat

Referensi

2.       [Department of Education and Science (2000). Learning for Life: White Paper on Adult Education. Dublin: Stationery Office.
3.       Commission of the European Communities: " Adult Learning : It’s never too old to learn COM(2006) 614 final. Brussels, 23.10.2006.
4.       Rojvithee, A., 2005, Introduction Definition of Lifelong Learning, Global Forum on Education: The Challenges for Education in a Global Economies, OECD. [www.oecd.org/dataoecd/62/2/35469178.pdfb]
5.       Leon Feinstein, Cathie Hammond, Laura Woods, John Preston and John Bynner: Wider Benefits of Learning Research Report No.8, 2003
6.      Yeaxlee, B. A. (1929) Lifelong Education: A sketch of the range and significance of the adult education movement(London: Cassell).
7.       Preece, J., 2006, Beyond the Learning Society: The Learning World?, University of Glasgow, UK, vol. 25, issue 3, pp. 307-320.
8.       Faure, E., Herrera, F., Kaddoura, A-R. Petrovsky, A.V., Rahnema, M. and Ward, F.C., 1972, Learning To Be: The world of education today and tomorrow, UNESCO, Paris.
9.       Delors, J., 1996, Learning: The treasure within Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-first Century, UNESCO
10.   Learning as a Way of Being: Strategies for Survival in a World of Permanent White Water. Jossey-Bass, Inc 1989

Tidak ada komentar:

Posting Komentar