PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Oleh
Nur Asik
A
Pengertian / Definisi
Menurut
Harper Colins Dictionary (Social Science / Education) belajar seumur hidup ( lifelong learning) adalah
ketetapan atau penggunaan kesempatan belajar secara formal atau non-formal
sepanjang hidup manusia untuk membantu perkembangan dan peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan
pekerjaan dan dirinya secara berkesinambungan.Ada kemirifan dengan konsep seperti:Pendidikan orang dewasa, pelatihan, pendidikan
berkelanjutan, pendidikan permanen dan istilah ain yang berkaitan dengan belajar diluar sistim pendidikan formal.
Dalam konteks orang Afrika, belajar seumur hidup, bisa merujuk kepada pemorolehan pengetahuan dan ketrampilan yang
terus menerus secara individu serta kemampuan mereka memindahkannya kepada
orang lain dengan cara yang dapat difahami.
Kemampuan untuk memindahkan pengetahuan dan ketrampilan tersebut
dari satu orang kepada orang lainnya
sanagat penting untuk memelihara
siklus belajar terus berjalan dan membuatnya bertahan selamanya.
B Tahapan
Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup berarti
pendidikan yang bersumber dari integrasi
pendidikan formal, non-formal dan informal yang dapat menciptakan perkembangan
kualitas hidup secara berkelanjutan
(dari satu generasi kegenerasi selanjutnya)
Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia yang
selalu berlangsung kapan dan dimana
saja. Adalah sebuah proses belajar
seumur hidup yang terjadi terus menerus, yang bermula dari sejak lahir sampai
akhir hayat seseorang, mulai dari belajar dari keluarga, masyarakat, sekolah,
lembaga keagamaan, tempat kerja dan lain-lain. Masyarakat tradisional Afrika memandang
belajar seumur hidup sebagai peran yang diharapkan seseorang mainkan
didalam masyarakat, dari anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, remaja,
dewasa sampai orang tua.
1
Umur 0 – 5 Tahun
Pada kelompok
umur ini, banyak terjadi pembelajaran, sebagai persiapan dasar untuk
membentuk kebiasaan dan persiapan
belajar kedepan. Pada fase ini boleh jadi merupaka fase dimana porsi pembelajaran terbesar terjadi, karena sebagai anak hampir secara total mampu menirukan segalanya dari tuanya, teman sepermainannya
dan lingkungannya. Para ahli ilmu jiwa
seperti Sigmund Freud pakar ilmu
jiwa yang beraliran behaviour lainnya menekankan pentingnya belajar dimasa
kanak-kanak. Belajar pada fase ini mempengaruhi perkembangan semua aktifitas
belajar lainnya kelak selama hidupnya.
2 Umur 6 – 24 Tahun
Belajar
dalam kelompok umur 6-24 tahun pada
dasarnya berlangsung dalam lembaga pendidikan , dari tingkat dasr, menengah
dan tinggi. Lingkungan
keluarga, organisasi sosial, lembaga keagamaan, dan media massa, dapat pula memainkan peran
pendidikan non formal dan informal selama periode ini. Tujuan pembelajaran pada
periode ini adalah perkembangan pelajar secara menyeluruh dalam empat
aspek yaitu :
v Perkembangan fisik
v Perkembangan intelektuak
v Perkembangan potensi sosial
v Perkembangan mental dan emosi
3 Umur 25- 60 Tahun
Orang yang
umurnya antara 25 sampai 60 tahun dapat belajar secara informal selama masih
aktif bekerja melalui media pembelajaran, yang kebanyakan dari pekerjaannya,
tempat kerjanya, kolega-koleganya, perjalanannya, media massa, teknologi
informasi lingkungan dan alam. Orang dewasa belajar dari pengalaman dan
pemecahan masalah. Mereka secara terus menerus memerlukan perkembangan
intelektual, kapabilitas dan
intergritas.
4 Umur 60 Tahun Keatas
Pada umur
yang sangat mapan ini, orang mmencari
pengetahuan untuk kepentingannya sendiri. Proses ini dapat disebut
autoandragogy, dari pedagogy, seorang
dewasa dia membimbing dirinya sendiri. Tantangan dalam mencari pengetahuan baru
dan mengajar dirinya sendiri dapat melahirkan
perasaan bangga sebagai sebuah prestasi dan dalam mempertahankan harga dirinya.
Hal ini lebih jauh dapat meningkat nilainya dengan menawarkan pengetahuan baru
mereka untuk kebutuhan masyarakat
setempat, yang pada gilirannya akan mmemberikan kontribusi yang berharga kepada masyarakat.
C
Sejarah Belajar Seumur Hidup Pada
Pendidikan Amerika
Sampai pada pertengahan tahun 1800 an, pendidikan menengah
memfokuskan pendidikan pada anak dan remaja
dalam kurikulum tradisional yang klasik. Menjelang pertengahan abad ke
sembilan belas, Eropah dan Amerika menggunakan teknologi terbaik pada masanya
yaitu sistim pos untuk membuka kesempatan belajar pada orang-orang yang mau
belajar, tetapi tak dapat mengikuti
sekolah konvensional. Pelajar yang paling banyak mendapatkanh manfaat
dari pendidikan korespondensi seperti
itu termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik, wanita yang tidak
diperbolehkan mendaftar pada lembaga pendidikan yang dibuka khusus untuk pria,
mereka yang mempunyai pekerjaan pada jam sekolah, dan mereka yang tinggal
didaerah yang jauh yang belum memilki sekolah.
Pada
penghujung abad, sejumlah gerakan kelembagaan yang penuh semangat muncul yang
memperluas skop pendidikan tradisional dan jumlah pelajar yang diterima atau
dilayani. Sekolah tinggi dan universitas
tumbuh untuk mata pelajaran tekhnik dan alamiah, pendidikan ketrampilan,
penerapan penelitian dalam bidang praktek dan pemecahan masalah, kursus korespondensi untuk meningkatkan taraf hidup yang diselenggarakan
bersama-sama dalam sekolah tinggi dan universitas umum. Sekilah tinggi
masyarakat tumbuh untuk menjadi sumber kritikan terhadap pembelajaran dewasa
dan traditional.
Banyak
lembaga swasta , khususnya yang berada diwilayah perkotaan atau metropolitan
ikut memperkenalkan pembelajaran orang dewasa untuk melayani masurakat yang
terdekat. Universitas swasta yang berorientasi profit dan sekolah kejuruan
milik perorangan pindah secar agresif kepada pasar pembelajaran orang dewasa
dan tradisional.
Teknologi baru dan
penyebaran Internet yang diperkenalkan secara online, blended dan e-learning ,
bahkan membuat pelayanan pelajar orang dewasa lebih mudah lagi. Organisasi
belajar jarak jauh dan belajar non stop
menembus jalan dengan mengadopsi
teknologi dan penanganan yang mudah dan fleksibel untuk mmendukung berbagai kebutuhan pelajar orang
dewasa.
Menjelang akhir abad kedua puluh,
kebanyakan universitas terkemuka memperluas penawaran kredit degree yang
masih traditional dengan berbagai variasi pengalaman pendidikan eksekutif dan
berkesinambungan untuk orang dewasa. Berbagai program pendidikan baru
ditawarkan melalui penggabungan
mekanisme yang terorganisasi yaitu : Devisi pengembangan, Unit pendidikan
dewasa yang berkesinambungan, sekolah untuk bidang profesional, program pendidikan
eksekutif dan unit pembelajaran
jarak jauh. Penyebaran program ini
termasuk model operasionalnya yang unik menyebar dengan sempurna kedalam organisasi
organisasi baru yang ada dalam institusi
tersebut.
Proses baru untuk
penyelenggaraan pendidikan dan mekanisme
pendukung pelajar ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pemasaran pelajar
dewasa secara dinamis. Awal abad kedua puluh satu mulailah abad globalisasi
pendidikan dengan institusi pendidikan lokal yang meneruskan usaha skspansi
mereka baik didalam maupun diluar Amerika Utara dalam upaya menjawab tuntutan
pasar yang terus meningkat. Hambatan perbatasan secara geografis telah
memudahkan munculnya kompetisi baik lokal maupun global.
Kondisi
ekonomi yang tertekan dan angkatan kerja
yang menumpuk telah secara dramatis meningkatkan kebutuhan dan permintaan
pelajar untuk meningkatkan kemampuan mereka, menambah ketrampilan dan pengetahuan
mereka untuk menghadapi munculnya tatanan ekonomi baru serta untuk menghindari
keterpurukan. Pada waktu yang bersamaan , pemimpin pada lembaga pendidikan tradisional, sekolah tinggi dan universitas,
secara agressif mencari sumber-sumber
pendapatan baru untuk menetralkan kekurangan anggaran lokal, negara bagian dan
federal.
Keadaan
ekonomi yang sulit yang dibarengi dengan
pengurangan anggaran
institusi traditional telah
menyempurnakan badai peluang bagi pakar organisasi
dalam mengevaluasi, menciptakan, dan menawrkan program- program pendidikan
baru. Lembaga-lembaga yang memiliki sejarah dalam pengembangan dan
perluasan dalam pendidikan orang dewasa,
melanjutkan pendidikan dan pendidikan eksekutif, telah menyadari adanya potensi untuk menjawab berbagai kebutuhan pelajar dewasa ini yang
mempunyai beban secara ekonomi.
D. Belajar Seumur Hidup di Eropah
Salah satu
penggunaan pertama istilah pendidikan seumur hidup dapat dirujuk kepada Yeaxlee, walaupun United Nations Educational Scientific & Cultural Organization
(UNESCO) selama tahun enampuluhan dan tujuhpuluhan yang mempopulerkan konsep tersebut
sebagai satu cara menghubungkan berbagai
jenjang pendidikan formal dan
mengaitkannya dengan pembelajaran informal dan non-formal.
Hal tersebut dipandang sebagai satu cara untuk memperluas
konsep pendidikan dan membantu perkembangan pendidikan secara keseluruhan,
disamping mempromosikan pendidikan untuk
pertumbuhan sosial dan ekonomi. Dua publikasi kunci dimasa UNESCO
yaitu Learning to Be (pendidikan
seumur hidup Faure and Ettore Gelpi’s)
dan Hubungan Internasional (International Relation) Pada waktu
yang bersamaan Organisasi Perancis
dalam bidang ekonomi dan kerja
sama dan pembangunan yaitu OECD (Organisation
for Economic Co-operation and Development)
mempromosikan konsep pendidikan
berulang, yang secara khusus
dirancang untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
ketrampilan para pekerja di Eropah.
Sasaran ini mencapai daya gerak (momentum) baru pada tahun 1996 melalui laporan Jacques Delors “Learning the Treasure Within” dan tahun tersebut
dijadikan Tahun Pembelajaran Seumur
Hidup Eropah (European Year of Lifelong
Learning). Untuk membuat masyarakat
Eropah perduli akan pentingnya
pembelajaran seumur hidup, dan untuk mendukung
kerja sama yang lebih baik
antara lembaga pendidikan dan
latihan dengan masyarakat pengusaha,
khususnya para pengusaha kelas kecil dan menengah, membantu sebuah pembangunan area pendidikan dan pelatihan
di Eropah melalui pengakuan qualifikasi akademik dan kejuruan dalam wilayah
Uni Eropah dan menekankan contribusi
yang diberikan oleh pendidikan dan latihan terhadap
penyamarataan kesempatan .
E
Belajar Seumur Hidup Pada Masyarakat Belajar
Sudah umum dipahami bahwa belajar
berlangsung seumur hidup: belajar yang sifatnya fleksibel, ada dan
tersebar kapan dan dimana saja . Belajar
seumur hidup melintasi berbagai sektor, mengembangkan kegiatan belajar diluar pembelajaran biasa
atau tradisional dan berlangsung
sepanjang kehidupan orang dewasa ( pasca wajib belajar). Definisi
ini didasarkan pada pendapat Jacques
Delors tentang empat pilar pendidikan untuk masa depan.
v
Learning to know (belajar untuk tahu) – menguasai sarana belajar ketimbang
menyerap pengetahuan jadi atau
terstruktur. Analoginya ialah belajar menangkap ikan, bukan sekedar belajar
mengenal atau makan ikan saja
v
Learning to do – memperlengkapi
orang dengan jenis jenis
pekerjaan yang dibutuhkan sekarang dan
dimasa yang akan datang, termasuk
inovasi dan adptasi pembelajaran
untuk keadaan dimasa depan atau
dimasa mendatang
v
Learning to live together, and with others – Belajar hidup bersama dan
dengan orang lain - dengan damai menghindari konflik, memahami orang lain
bersama budayanya, membantu perkembangan
kemampuan masyarakat, potensi dan kapasitas perorangan, ketahanan
ekonomi dan kebersamaan dalam masyarakat.
v
Learning to be – Pendidikan memerikan kontribusi perkembangan seseorang secara utuh : jiwa dan raga, kecerdasan, kepekaan, penghargaan terhadap
estetika dan spiritualitas.
Learning to Be merupakan tanda resmi Peter Vail yang disebutnya sebagai permanent white water yang berarti kehidupan
tetap (permanen) diluar zona
kesenangan seseorang. Vail membuktikan bahwa satu satunya cara bagi
pemimpin menegerial sekarang untuk bisa menguasai, bertahan , dan sukses dalam dunia air putih (white water/
terjemahan harafiah) ialah dengan menjadi pelajar yang terus menerus.
Pertanyaan sentral ialah bagaimana bentuk atau model pembelajaran
dalam permanen white water ?
Hal ini didukung oleh Learning
to Learn.
Belajar
seumur hidup dapat menanamkan
kreatifitas, inisiatif, dan sensitifitas
terhadap orang lain sehingga
memungkinkan mereka untuk menunjukkan
adaptabilitasnya dalam masyarakat pasca–industri melalui
peningkatan ketrampilan mereka terhadap bagaimana:
v Menghadapi ketidak pastian
v Berkomunikasi lintas budaya dan dalam
suatu budaya, sub budaya, keluarga dan
masyarakat
v Mengatasi konflik
Penekanannya
ada pada learning to learn dan
kemampuan mempertahankan belajar seumur hidup.
Masyarakat
belajar memandang jauh diluar
lingkungan pendidikan formal dan
menempatkan qualitas bukan
hanya untuk perorangan tetapi
juga sebagai elemen berbagai sistim.
Ide masyarakat belajar mendapatkan pengakuan yang sungguh sungguh karena:
“kalau belajar melibatkan segala kehidupan
seseorang, dalam rentang waktu dan keragaman objek serta semua masyarakat, termasuk
aspek sosial dan ekonominya, juga sumber pendidikannya, maka kita harus
berangkat lebih jauh lagi dari pada hanya sekedar menata sistim pendidikaan
yang rapi sampai kita mencapai tarap
masyarakat belajar.
Masyarakat belajar adalah masyarakat
terpelajar, digolongkan kedalam kewarganegaraan yang aktif, demokratis, bebas dan memperoleh kesempatan yang sama .
Hal ini mendukung pembebelajaran seumur
hidup dalam kebijakan sosial mengenai kerangka kerja demokrasi sosial pasca perang dunia kedua. Tujuannya ialah
untuk menyiapkan kesempatan belajar
dalam rangka mendidik orang dewasa untuk
menghadapi tantangan perubahan dan kewarganegaraan. Dukungan terhadap
pemikiran ini dikemukakan oleh sebagian besar pendidik liberal di
–wilayah-wilayah metropolitan Amerika Utara yang berbasis industri pada
tahun enampuluhan dan tujuhpuluhan.
F.Ciri Khas Pembelajaran Seumur Hidup
Konsep belajar seumur hidup
menjangkau isu-isu pendidikan dan latihan dalam skala
luas dan berbicara kepada audensi yang beraneka ragam.Tema umum yang disampaikan dalam literatur tentang
belajar seumur hidup menyebutkan empat karakteristik yang mengubah pendidikan
dan latihan menjadi konsep belajar
seumur hidup:
1 Belajar Informal
Ciri khas pertama dari belajar seumur
hidup ialah, bahwa belajar seumur hidup
mencakup bentuk pendidikan dan latihan
baik formal maupun non- formal atau informal. Belajar secara formal
termasuk sistim sekolahan yang terstruktur secara hirarki mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai tingkat
perguruan tinggi dan program yang
diselenggarakan ala sekolahan yang diciptakan dalam perusahaan untuk kebutuhan pelatihan teknik dan
profesional. Sementara belajar informal
menggambarkan sebuah proses seumur hidup
dengan jalan mana individu memperoleh
karakter, nilai, ketrampilan dan pengetahuan dari pengalaman sehari-hari serta pengaruh
pendidikan dan sumber daya lingkungan ,
dari keluarga dan tetangga, dari bekerja dan bermain, dari pasar, perpustakaan,
dan dari media massa.
2 Belajar dengan motivasi sendiri
Tema umum kedua dari belajar seumur hidup
ialah pentingnya belajar dengan motivasi
sendiri. Ada penekanan berat terhadap kebutuhan perorangan untuk mengambil tanggung
jawab untuk pembelajarannya sendiri. Pelajar seumur hidup
, betapapun, tidak ditentukan oleh bentuk pendidikan dan latihan yang didalamnya mereka terlibat, tetapi oleh karakteristik personal yang mengantarnya
kepada keterlibatan tersebut
Cassndra B.Whyte menekankan pentingnya titik kontrol (locus of
control) kinerja akademik yang berhasil . Karakteristik pribadi seseorang yang memiliki kecendrungan berat
untuk berpartisipasi dalam belajar, baik
secara formal maupun secara informal selama hidupnya berarti dia telah memperoleh :
v
Skill dan sikap yang diperlukan dalam belajar, khususnya ketrampilan yang
berkaitan dengan huruf dan angka
v
Keyakinan untuk belajar, termasuk
rasa kesesuaian dengan sistim pendidikan
dan latihan dan
v
Keinginan dan motivasi untuk belajar
Walaupun
pendidikan dan latihan bisa mempunyai
dampak ekonomi secara perorangan,
disadari bahwa dorongan ekonomi semata
tidaklah cukup untuk memotivasi
seseorang untuk belajar dan berlatih . Sederet penghambat motivasi harus diidentifikasi dan dicari agar
untuk sebagian orang tetap bisa
berpartisipasi dalam pendidikan dan latihan. Sementara sebagian orang terkendala dari mengikuti pendidikan dan
latihan karena faktor sosial dan pribadi
atau personal. Sebuah
survey mengenai peserta kursus pendidikan orang dewasa di Australia mengidentifikasi sejumlah faktor yang memotivasi seseorang untuk melakukan
pembelajaran orang dewasa sebagai berikut :
v
Untuk meningkatkan ketrampilan dalam
pekerjaannya
v
Untuk memulai sebuah usaha
v
Untuk mendalami sebuah materi pelajaran atau memperluas
pengetahuannya.
v
Untuk bertemu dengan orang-orang
baru
v
Untuk meningkatkan rasa percaya
dirinya
v
Untuk melibatkan diri dalam komunitas
tertentu
v
Untuk mengembangkan ketrampilan pribadi
v
Untuk berpartisipasi dalam
jaringan sosial.
Dengan
memahami rentetan faktor
yang menjadi motivasi dan juga
penghambat untuk terlibat aktif dalam
pendidikan dan pelatihan,
kebijakan belajar seumur hidup cenderung
mempromosikan keterlibatan
seseoarang dalam belajar dalam kaitannya dengan kepentingan mereka sendiri
ketimbang sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu seperti pekerjaan. Tujuan keterlibatan dalam belajar agaknya lebih penting dari pada alasan mengapa mereka
melibatkan diri. Hal ini dapat dilihat
sebagai sebuah pengakuan tentang
sejumlah faktor yang memotivasi orang
untuk berpartisipasi dalam belajar dan berlatih secara formal atau
informal, selain sebagai tambahan
terhadap tujuan instrumental.
3 Belajar Dengan Biaya Sendiri
Belajar dengan biaya sendiri adalah ciri
ketiga dari literature belajar seumur
hidup. Pemikiran belajar atas biaya
sendiri dikaitkan dengan
karakteristik belajar dengan motivasi sendiri. Melihat biaya yang disiapkan
untuk membantu keterlibatan belajar seumur
hidup dalam pendidikan dan latihan,
agenda kebijakan pemerintah dalam pendidikan seumur hidup menekankan tanggung
jawab perorangan atau individu untuk membiayai
keberlanjutan pendidikan mereka
dengan seminimal mungkin bantuan
dari pihak pemerintah.
Laporan dari Barat mendefinisikan pelajar seumur hidup sebagai
seseorang yang bertanggung jawab sendiri terhadap pembelajaran dirinya yang
siap untuk menginvestasikan waktu, uang dan tenaga dalam pendidikan dan
latihan dalam basis yang berkelanjutan.
4 Partisipasi Umum (universal)
Ciri keempat dari belajar seumur hidup ialah komitmen
terhadap keikut sertaan secara universal dalam pendidikan dan pelatihan. Untuk memberikan dukungan terhadap belajar seumur
hidup kepada semua orang, maka OECD menegaskan pentingnya partisipasi universl untuk mencapai tuntutan ekonomi pada abad kedua puluh satu ini. Konsep
partisipasi universal mencakup belajar informal dan formal untuk semua tujuan – sosial, ekonomi dan personal. Untuk menegaskan bahwa partisipasi universal dalam pembelajaran seumur hidup penting
dalam penyatuan masyarakat dalam masa perubahan ekonomi dan sosial yang cepat,
Delors mengajukan empat karakteristik
pelajar seumur hidup seperti yang
tersebut sebelumnya yaitu :
v
Learning to do ( memperoleh dan menggunakan skill, termasuk life skill)
v
Learning to be ( Meningkatkan kreatifitas dan kemandirian)
v
Learning to know ( sebuah pendekatan terhadap belajar yang fleksibel,
kritikal dan tangguh)
v
Learning to live together (berusaha teleransi, memahami dan saling
menghargai)
G Konsep Belajar Seumur
Hidup Lembaga Internasional
1 Bank Dunia (World Bank)
Bank dunia menyatakan bahwa
belajar seumur hidup sangat penting
bagi setiap orang untuk memelihara keseimbangan dirinya ditengah teknologi dan pasar kerja global yang
konstan dalam perubahan. Belajar seumur hidup adalah persiapan dalam menghadapi kehidupan yang
tidak stabil akibat
pergantian pekerjaan, kebutuhan
pekerjaan dan keadaan geografis tempat kerja. Dalam pandangan ini pekerja pengembara atau suka berpindah tempat
harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi kehidupan baru, teknologi dan
kebutuhan pekerjaan itu sendiri. Hal ini
memerlukan keadaan pembelajaran seumur hidup, ketrampilan belajar yang dapat
membantu seseorang untuk menyesuaikan
diri dengan dunia yang selalu berubah-ubah.
Pendekatan bank dunia terhadap belajar seumur hidup mencakup
gabungan dari beberapa kompetensi. Bank dunia
menyebutkan pengetahuan dan kompetensi yang diperlukan untuk
belajar seumur hidup sebagai berikut :
Kemampuan akademik dasar, seperti kemampuan berbahasa asing, matematika dan ilmu alam, kemampuan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Pekerja harus memiliki
ketrampilan ini secara
efektif, bertindak mandiri dan
cekatan dan bergabung serta berperan
dalam kelompok sosial yang heterogen. Menurut pendekatan dari bank dunia (World
Bank) pelajar seumur hidup, harus
bertindak mandiri dalam
menyiasati rencana kehidupannya dan siap
bekerja dalam angkatan kerja yang multi
kultur atau budaya.
2 UNESCO(United Nations Educational Scientific and Cultural Organization)
UNESCO memberikan pandangan yang lebih humanistik mengenai
belajar seumur hidup dibandingkan dengan
argumen ekonomi yang sebenarnya dari Bank dunia dan OECD.
Wacana mengenai belajar
seumur hidup dari UNESCO mengarah kepada perkembangan utuh seseorang. The World of Education Today and Tomorrow menegaskan bahwa penekanan harus pada Belajar
elajar (learning to learn) dan bukan pada penyesuaian antara sekolah
dengan kebutuhan bursa kerja .
Laporannya berbunyi, “ Tujuan pendidikan ialah
memungkinkan seseorang menjadi
dirinya sendiri ..... dan tujuan pendidikan
dalam kaitannya dengan lapangan
pekerjaan dan perkembangan ekonomi tidak
perlu terlalu dipersiapkan ... untuk sesuatu yang khusus, pekerjaan seumur
hidup, seperti untuk mengoptimalkan mobilitas diantara berbagai profesi dan mengupayakan perangsangan permanen agar berselera belajar dan berlatih sendiri.
Perspektif laporan tersebut diatas ialah bahwa
cinta belajar menciptakan gairah
untuk belajar seumur hidup dan memelihara
ketahanan masyarakat belajar, dan
karenanya tujuan belajar seumur hidup
ialah memberikan orang kekuatan
untuk berlatih melakukan kontrol
demokrasi terhadap perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.
3 OECD (Organization for Economic and Co-Operation and Development)
Kerangka
belajar seumur hidup versi OECD menekankan bahwa belajar terjadi sepanjang jalan kehidupan
manusia. Pendidikan formal memberi kontribusi pada pembelajaran sebagaimana
yang terjadi pada pendidikan non formal dan informal yang terjadi dirumah,
ditempat kerja, pada kominitas tertentu dan dimasyrakat secara luas.
Ada lima ciri utama pendekatan belajar
seumur hidup yang difahami oleh OECD
sebagai berikut :
v Belajar seumur hidup menawarkan suatu pandangan belajar yang sistimaik. Sebab didalamnya
ada kajian tentang permintaan atau kebutuhan, juga penawaran, kesempatan
belajar, sebagai sebuah sistim yang saling terkait yang mencakup keseluruhan
siklus kehidupan yang terdiri dari
seluruh bentuk pendidikan formal
dan informal
v Belajar seumur hidup menekankan inti
pada pelajar dan perlunya melakukan inisiatif untuk memenuhi beraneka
ragam kebutuhan pelajar tersebut.Hal ini menjelaskan adanya keseimbangan
perhatian antara permintaan untuk belajar pada satu sisi dan penawaran disisi
lainnya.
v Pendekatan yang digunakan menekankan
motivasi untuk belajar, dan menarik perhatian untuk belajar dengan arah dan
cara sendiri.
v Belajar seumur hidup menekankan tujuan ganda dari kebijakan
pendidikan, yang memasukkan aspek ekonomi, sosial dan budaya, perkembangan
individu dan kewarganegaraan.
v Pendekatan belajar seumur hidup juga
menyadari bahwa untuk individual, prioritas diantara sekian tujuan (objectives) dapat berubah dalam
siklus kehidupan manusia dan karenanya setiap tujuan harus diperhitungkan dalam pengembangan
kebijakan.
4
European Commission (Komisi/Uni Eropah)
Menurut Uni Eropah mengenai Lifelong
Learning, Skala perubahan sosial dan ekonomi, transisi menuju masyarakat yang
berbasis ilmu pengetahuan, tekanan prilaku manusia yang bersumber dari
masyarakat yang sudah tua di Eropah
merupakan tantangan yang memerlukan pendekatan baru terhadap belajar dan pelatihan yang intinya ada dalam
konsep belajar seumur hidup.
Belajar seumur hidup difefinisikan
sebagai :
Seluruh aktivitas belajar yang
dilakukan seumur hidup dengan tujuan untuk menambah pengetahuan, ketrampilan
dan kemampuan dalam tataran kehidupan individual dalam masyarakat atau dalam
persfektif yang terkait dengan pekerjaan.
Uni Eropah dalam upaya terkait dengan
belajar seumur hidup berharap agar seluruh warga negara diberdayakan agar
mereka dapat bergerak dengan bebas diantara setting belajar, pekerjaan, wilayah
dan negara dalam pencarian ilmu. Karenanya belajar seumur hidup mengarah pada
belajar mulai dari pendidikan pra sekolah sampai setelah pensiun (belajar dari ayunan sampai keliang
lahat) dan mencakup seluruh bentuk
pendidikan baik formal, informal maupun non formal. The European Commission’s Lifelong Learning Initiative (Prakarsa Komisi Belajar Seumur
Hidup Eropah) mengupayakan penduduknya dalam semua taraf kehidupan mereka
untuk mengambil bagian dalam mendorong atau merangsang berbagai pengalaman
belajar, termasuk memberikan bantuan dalam pengembangan sektor pendidikan dan
pelatihan diseluruh Eropah.
H Kesimpulan
1 Konsep
belajar seumur hidup mendapat dukungan yang sangat luas diseluruh dunia
walaupun masing- masing mengajukan argumen yang berbeda-beda
2 Belajar seumur hidup tidak
mengenal ruang dan waktu serta keadaan.
3 Belajar seumur hidup memberika
kamampuan yang besar untuk melakukan adaptasi
Bagi siapa saja,dimanapun dan
dalam situasi apapun mereka berada
4 Salah satu konsep belajar yang
dianut oleh Uni Eropah ialah belajar dari ayunan sampai
keliang lahat
Referensi
1. http://www.google.com/search?q=Definition+of+Long+Life+Learning&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a Defintion of LifeLong Learning, Bnet,
last accessed: 14 Oct 2011
2. [Department of Education and Science (2000).
Learning for Life: White Paper on Adult Education. Dublin: Stationery Office.
3. Commission of the European Communities: "
Adult Learning : It’s never too old to learn COM(2006) 614 final. Brussels,
23.10.2006.
4. Rojvithee, A., 2005, Introduction Definition
of Lifelong Learning, Global Forum on Education: The Challenges for Education
in a Global Economies, OECD. [www.oecd.org/dataoecd/62/2/35469178.pdfb]
5. Leon Feinstein, Cathie Hammond, Laura Woods,
John Preston and John Bynner: Wider Benefits of Learning Research Report
No.8, 2003
6. Yeaxlee, B. A. (1929) Lifelong
Education: A sketch of the range and significance of the adult education
movement(London: Cassell).
7. Preece, J., 2006, Beyond the Learning Society:
The Learning World?, University of Glasgow, UK, vol. 25, issue 3, pp. 307-320.
8. Faure, E., Herrera, F., Kaddoura, A-R.
Petrovsky, A.V., Rahnema, M. and Ward, F.C., 1972, Learning To Be: The world of
education today and tomorrow, UNESCO, Paris.
9. Delors, J., 1996, Learning: The treasure
within Report to UNESCO of the International Commission on Education for the
Twenty-first Century, UNESCO
10. Learning as a Way of Being: Strategies for
Survival in a World of Permanent White Water. Jossey-Bass, Inc 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar