Senin, 10 September 2012



PEMBELAJARAN  MELALUI PENGALAMAN  REFLEKTIF
(Belajar Dari Pengalaman Langsung Melalui Proses “GURU”)

Oleh
NUR ASIK

PENDAHULUAN


      Brian Remer, seorang  disainer  strategi interaktif  untuk latihan, fasilitas dan perbaikan  kinerja, sekali  waktu dimusim panas,  menemukan seekor lalat  yang terperangkap  dan terbang dibalik kaca pintu sambil mencari jalan keluar. Ketika lalat tersebut  mendekati  pintu Brian Remer  membuka pintu tersebut   untuk membiarkan lalat tersebut  terbang keluar, tetapi anehnya ketika pintu telah dibukakan, lalat tersebut kembali menghantam  kaca pintu itu lagi. Brian membuka pintu lebih lebar lagi, namun  dia menjadi  tambah heran karena  lalat tersebut belum menemukan  jalan keluar. Sekarang dengan pintu yang terbuka lebih dari sembilan puluh derajat ditambah usiran dengan menggunakan tangan kearah lalat tersebut, ternyata lalat tadi terus saja menghantam kaca pintu dan menghindari tangan  Brian sambil mencari jalan keluar. Akhirnya Brian menyerah  menjadi penolong dan membiarkan pintu berayun menutup diri. Lalat akhirnya mati. Pada dasarnya lalat tersebut dapat mencium bau udara segar tetapi tidak pernah berhasil menemukan kebebasan.
     Kadang kadang  kita berbuat seperti  lalat yang terperangkap dibalik kaca pintu atau jendela. Kita bahkan tidak memahami bahwa  kita telah melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Terkadang kita tidak menyadari  kalau perubahan yang  enteng  dalam prilaku kita atau  pergeseran sedikit pada arah yang kita tuju,  akan membawa  perubahan  sesuai yang kita harapkan . Mungkin sebagian diantara kita begitu lemah sehingga  hilanglah keyakinan bahwa kita dapat belajar dari pengalaman dan mengubah keadaan atau lingkungan. Sebagian lagi  mungkin terfokus pada  imbalan  atau hadiah yang akan didapatkannya  nanti setelah dia bekerja, sehingga  tidak ada perhatian kepada keadaan yang terjadi disini dan pada saat ini. Masih banyak alasan lain tetapi intinya ialah : “ Setelah berulang kali kita hantamkan kepala ke kaca pintu dan tidak membuahkan hasil, kenapa kita percaya bahwa dengan melakukannya berulang kali lagi akan membebaskan kita dari masalah”?
    Ketika  sikap kita telah terbentuk dan respon kita  sudak terkondisikan, kita butuh  refleksi atau perenungan  terhadap apa yang telah kita lakukan, suatu proses yang disebut  pengalaman reflektif (reflective practice). Kita tidak perlu jadi budak terhadap sikap, prikonsepsi, sikap mental, atau prilaku terdahulu  kita . Pengalaman reflektif  dapat memecahkan lingkaran yang tidak produktif dan membuka pintu  bagi  berbagai macam pilihan untuk perubahan prilaku kita.

PENGALAMAN  REFLEKTIF LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
Ada dua macam refleksi  yang Schon (1983)  telah identifikasi yaitu refleksi langsung dan refleksi tidak langsung. Refleksi langsung terjadi  bersamaan dengan kejadian yang  dialami  sementara refleksi yang tidak langsung  dapat dilakukan kapan saja setelah suatu kejadian atau pengalaman terjadi. Sering  orang mengupayakan pengalaman reflektif ketika terjadi  masalah atau keadaan sulit. Hal demikian itu tentu saja merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk belajar dari pengalaman, namun pengalaman reflektif dapat memberikan manfaat dalam situasi apa saja apakah dalam keadaan yang kurang menguntungkan atau keadaan yang traumatik. Dan bahkan sangat mungkin menggabungkan pengalaman langsung  dengan pengalaman tidak langsung untuk menciptakan  suasana  belajar yang memiliki tingkat keefektifan tinggi. Brian  pernah mengajar putrinya naik sepeda dan dia ingin agar putrinya belajar  pada lingkungan yang bagus . Baginya  hal tersebut berarti dirinya menginginkan putrinya agar dapat belajar melalui pengalaman, tetapi tidak ingin melihat putrinya jatuh dan terluka. Sebagian orang berkata bahwa anda tidak akan bisa belajar naik sepeda tanpa pernah jatuh. Mereka mengatakan ; bagus sebenarnya belajar jatuh  sehingga ketika jatuh betul tidak akan terluka berat.Karena Brian tidak pernah jatuh dari sepeda, maka dia berusaha agar putrinya dapat terhindar dari kejatuhan. Disamping itu dia juga menginginkan percobaan tersebut bernilai pengalaman reflektif. Hal ini sesuai dengan prinsip ownership of the learning sbb:
Untuk mengikut sertakan dan menantang pelajar, tugas dan suasna belajar harus mencerminkan kompeksitas lingkungan yang dapat pelajar fungsikan pada akhir pembelajaran. Pelajar tidak hanya perlu mempunyai kepemilikan pada pembelajaran atau pemecahan masalah tetapi mereka harus dihadapkan pada masalah itu sendiri ( Derry 1999)

PENGALAMAN REFLEKTIF  DENGAN  G U R U”
     Banyak program belajar formal yang menggunakan pengalaman reflektif.  Sudah umum bagi kursus-kursus  tingkat advanced melakukan  praktek dan pengalaman lapangan yang antaranya membuat jurnal,  menulis paper mengenai hal-hal yang kritis,  atau terlibat dalam diskusi  kelompok. Pada contoh- contoh ini, siswa memperkaya pengalaman belajar mereka dengan  menghubungkan pengalaman mereka dengan teori didalam ruangan. Mereka merefleksikan tentang pengalaman yang telah mereka dapatkan.
    Ada beberapa cara  untuk merefleksikan  pengalaman langsung sehingga seseorang dapat belajar maksimal  pada saat mengalami sesuatu. Peter Senge dalam bukunya yang berjudul The Fifth  Dicsipline Fieldbook berbicar tentang  masa dan kewaspadaan”. Hal ini berarti  memberikan perhatian kepada setiap apa saja yang sedang terjadi denga perhatian yang cukup sehingga kita dapat menganalisa  tindakan dan pikiran kita, memprosesnya dan menggantinya  saat  masih dalam perjalanan .
Penggabungan antara refleksi langsung dengan refleksi tidak langsung disebut proses “GURU” (Brian Remer:227). Konsep GURU merupakan pertanyaan pada diri sendiri yang mudah untuk dipahami dan dihubungkan dengan  lingkaran  pembelajaran melalui pengalaman. Konsep ini dikembangkan  oleh Christopher Saeger dan dipresentasikan  pada sebuah  konferensi Asosiasi Simulasi dan Permainan  Amerika Utara  (Saeger and Remer, 2001). Sebagai  sarana pengalaman reflektif konsep GURU sangat  mudah untuk dihafal dan sangat fleksibel.
Dalam proses GURU seorang guru mengajukan serangkaian pertanyaan yang membantu para pelajar menganalisa  keadaan sekarang menjadi sebuah  kesimpulan, membuat rencana,  dan mengimplementasikan  langkah aksi pertama dari rencana tersebut.
GURU  adalah singkatan dari empat kategori pertanyaan  yaitu :
1.      Ground
2.      Understand
3.      Revise
4.      Use.
Ketika  ditemukan keadaan yang cocok dengan konsep belajar, maka seorang supervisor, mentor, pelatih,  atau siapa saja, dapat mengajukan pertanyaan dalam masing-masing kategori  tersebut.
    Pertanyaan Ground  dimaksudkan untuk membantu  para pelajar mengingat peristiwa atau kejadian  masa lalu  dan mengingat  kembali data yang  ada pada siswa.Ajukan pertanyaan  yang akan membantu pelajar menemukan  dan membagi  latar umum dari pengalamannya. Pertanyaan anda harus membidik tepat pada pikiran dan perasaan orang. Bagaimana  anda dapat menolong mereka mengidentifikasi reaksi  emisional mereka  terhadap  keadaan sekitarnya ? Beri mereka semangat  untuk mengingat dan menyampaikan  keputusan, tindakan dan pengalaman mereka. Situasi bagi seorang yang mengajarkan anak  naik sepeda dapat ditindak lanjuti dengan pertanyaan apa yang bergerak dan apa yang tidak bergerak  ketika terjadi pembelokan. pahami apa yang anda rasakan  secara pisik dan emosi  tentang belok ketika naik sepeda dalam arah yang berbeda.
Kategori pertanyaan kedua dirancang untuk  membantu orang  memahami (understand) situasi dalam konteks yang lebih luas. Pertanyaan harus memancing orang  untuk mengidentifikasi   persamaan dan perbedaan  yang ada dalam berbagai  peristiwa , pikiran  dan tindakan . Beri  mereka semangat agar mereka menyatakan  apa yang mereka ketahui dari pengalaman mereka dan membuat generalisasi atau sebuah hipotesis. Dalam hal mengajar anak perempuan naik sepeda dapat kita kontraskan apa yang harus harus kita lakukan untuk menahan putri anda ketika melakukan pembelokan kekiri atau kekanan.Kita dapat membandingkan pengalaman anak tadi ketika membelok dengan pengalaman pribadi kita sebagai gurunya atau oarang tuanya.
Setelah memahami ialah merevisi, yaitu pertanyaan yang akan membantu mereka berpikir untuk melakukan modifikasi yang dapat mereka lakukan terhadap tindakan atau sikap mereka. Pertanyaan harus diarahkan kepada mereka agar mengkaji atau mempertimbangkan  apa reaksi mereka saat menghadapi situasi atau informasi yang berbeda. Intinya ialah menggiring mereka menuju pemikiran tentang aspek pemikiran , sikap,  atau prilaku apa yang harus mereka perbaiki (Revise) kalau mereka mendapatkan peluang untuk melakukan hal tersebut. Dalam kaitannya dengan anak yang belajar naik sepeda tersebut diatas, kita dapat mengajukan pertanyaan  bagaimana kita mensuppor dengan sebuah informasi yang baru . bagaimana kita meyakinkan diri bahwa prediksi kita jalan atau tidak .
Fase terakhir dari pengalaman reflektif GURU, pertanyaan diajukan untuk membantu anak merencanakan rencana lanjutan mereka  dan menggunakan (Use) apa yang telah mereka dapatkan. Peertanyaa yang diajukan harus membantu mereka menyatakan rencana mereka atau apa yang hendak mereka lakukan  terkait dengan informasi  dan ide baru  yang telah mereka peroleh. Beri mereka semangat untuk mempertimbangkan bagaimana sebaiknya mereka menggunakan (Use) pengalaman  mereka dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Sebagai guru tentang naik sepeda pertanyaan Use  terarah pada bagaimana mengajarkan teori yang baru ditemukan kepada sang anak tersebut diatas.
Dalam lingkaran pembelajaran dengan pengalaman , David Kolb (1984) mengemukakan empat fase  sebagai berikut :
1.      Concrete  Experience ( pengalaman nyata/ doing something)
2.      Reflective Observation (pengamatan reflektif/ memikirkan apa yang telah anda lakukan.)
3.      Abstract Conceptualization (menambahkan teori pada pengamatan anda)
4.      Active Experimentation (melakukan praktek nyata/mempraktekkan apa yang telah anda  dapatkan atau pelajari)
Kolb mencatat bahwa  belajar adalah gabungan antara memperoleh atau menangkap dan mentranformasikan. Kita memperoleh  informasi melalui pengalaman nyata (Concrete experience) dan konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization). Tetapi kemudia kita harus mentransformasikannya, menggunakan dan memanfaatkannya  melalui Reflective Observation dan active  experimentation.
      Hasilnya ialah perubahan dalam tingkatan prilaku, sikap dan pengetahuan. Konsep GURU cocok dengan  siklus belajar melalui pengalaman (Experiential learning cicle)
Ketika anada menanyakan pertanyaan GURU, pada dasarnya anda sedang mengupayakan pengalaman reflektif, dan adalah pengalaman reflektif yang membuat seseorang tetap pada posisi stabil dan berada dalam siklus belajar antara memperoleh informasi baru dan pentransformasiannya kedalam  teori dan  ketrampilan yang dapat digunakan . Sebagai kesimpulan dari uraian pada bagian ini maka penulis memberikan beberapa basis pembelajaran yang dapat menunjang  pelaksanaan experiential learning sebagai berikut :


GURU  DALAM  PROSES BELAJAR PERORANGAN
GURU  merupakan alat yang efektif  untuk mempertahankan seseorang  tetap berad dalam siklus belajar melalui pengalaman baik secara perorangan  sekaligus  secara professional.
Dengan menggunakan sedikit demi sedikit analisis, latihan  reflektif mengenai hal-hal yang kita lakukan secara individu tanpa bimbingan langsung dari seorang professional kita dapat saja memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita.
Pelajaran berharga bagi para perancang dan fasilitator kegiatan lapangan (experiential activities) adalah :
Jika tujuan kita ialah untuk  memperbaiki lingkungan  kerja dan mengembangkan  organisasi belajar yang berkesinambungan, kita tidak boleh hanya bersandar pada latihan didalam ruangan semata untuk mewujudkannya. Kita harus membantu anggota atau peserta kita agar menyadari bahwa masing masing mereka dapat saling memberikan pelajaran yang berharga . Mereka tidak harus menunggu workshop yang tepat yang dipandu oleh para ahli untuk melakukan langkah atau perbaikan, apapun objek perbaikan tersebut. Kita tidak perlu menunggu kesarjanaan untuk melakukan perubahan  yang baik dalam diri kita. Setiap saat dan dimana saja selalu terbuka kesempatan dan ruang untuk melakukan sesuatu yang berharga yang sifatnya perorangan.

GURU BAGI PEMBELAJARAN PROFESIONAL
Kebutuhan  memberikan respon dengan cepat merupakan ciri lain keprofessionalan, dan pertanyaan GURU merupakan cara yang efektif untuk menangani  pertukaran informasi yang cepat  dalam suasana  workshop. Anda bisa bayangkan ketika anda sedang mengajar satu kelompok pelajar yang pesertanya terdiri atas individu individu yang sangat berbeda-beda.Di Kongo pernah ada kejadian dimana pemimpin lokal suatu organisasi pembangunan telah mengambil bagian dalam  sebuah lokakarya latihan  bagi pelatih (training of trainers workshop). Pada akhir hari keempat belas,  mereka harus bekerja  dalam kelompok kecil untuk melaksanakan latuhan dua jam  dengn menggunakan beberapa tekhnik lapangan  yang telah mereka pelajari sebelumnya. Sisa kelas adalah pelajar yang mensimulasikan kelompok peserta yang sesungguhnya untuk guru-guru yang sedang melakukan praktek lapangan.
PENGAJARAN  MELALUI KONSEP GURU DILAPANGAN
Konsep apapun yang akan diterapkan dilapangan harus dikaitkan dengan dunia nyata yang penuh dengan keaneka ragaman fakta, masalah , dimensi dan persepsi dan karenanya konsep yang memiliki tingkat fleksibilitas dalam penerapannya akan menjadi suatu pilihan yang tepat dan hal ini sesuai dengan konsep GURU  . Berikut penulis mengemukakan  pandangan  tentang kesemestaan yang terpadu sebagi berikut:
        Pengetahuan tidak boleh dikelompokkan menjadi subjek yang berbeda beda atau diletakkan pada wadah yang beraneka ragam, tetapi harus dibuka sebagai suatu keseluruhan yang terpadu (McMahon 1997; Di Vesta 1987) 1989)
Hal ini sekali lagi menggaris bawahi  pentingnya konteks dimana pembelajaran dilaksanakan (Brown et al)
   Dunia, dimana pelajar akan beroperasi tidak memilih dan memilah bentuk berbagai subjek yang beraneka ragam , tetapi sebagai myriad  yang kompleks tentang berbagai fakta, problem, dimensi dan persepsi (Ackerman 1996)  Ikut sertakan dan  tantanglah pelajar.
GURU merupakan alat yang sangat fleksibel. Ajukan pertanyaan GURU pada diri anda dan anada akan membuka pintu pembelajaran yang berkelanjutan. Ajukan pertanyaan ini kepada orang –orang yang anda supervisi dan anda akan menjadi seorang mentor. Ajukan pertanyaan GURU kepada  teman kerja kalian dan anda akan menjadi  pemimpin rombongan atau ketua tim.
    Tetapi sebelum anda memulai pertanyaan GURU kepada seseorang , agaknya penting bagi anda  untuk belajar dan menjadi lancar dalam menanya diri anda sendiri. Pengalaman reflektif  GURU  dapat diajarkan  dan diterapkan pada setting lokakarya dan dalam pekerjaan. Dalam  lokakarya kita dapat menggunakan beberapa tekhnik. Anggaplah diri anda sebagai  seorang peserta lokakarya dan ikutilah  bagaimana Jerry  memimpin sesi untuk mengajarkan GURU. Anggaplah  diri kalian  seorang peserta lokakarya  tentang tekhnik memperbaiki  kinerja tim. Anda datang agak terlambat, tetapi tidak apa-apa karena peserta yang sudah ad didalam ruangan  sedang mengikuti perkenalan. Anda  mengetahui bahwa fasilitator tamu hari ini adalah Jerry yang berasal dari sebuah kota kecil yang berjarak kurang lebih dua jam dari lokasi lokakarya tempat anda sekolah dulu. Jerry menjelaskan  bahwa dirinya akan berbagi beberapa kegiatan perbaikan kinerja tim dengan meminta kelompok mengalaminya bersama-sama. Dia balik ke aktan tasnya  dan mulailah memeriksa semua bagian dalamnya. Setelah beberapa detik kemudian, sambil minta maaf menjelaskkan bahwa dia tidak dapat menemukan  bahan untuk kegiatan kelompok . Dengan muka merah tua  dia mohon maaf bahwa dia pasti telah lupa rubrik untuk kegiatan tersebut bersama handoutnya dirumah.
MENGAJARKAN GURU DITEMPAT BEKERJA
 Cara lain untuk mengajarkan GURU ialah selama supervisi .Jika anda seorang manajer , mintalah  mereka yang disupervisi agar berbicara tentang satu keadaan dari tempat atau pekerjaan mereka. Hal ini boleh jadi sesuatu yang aman-aman saja atau mungkin saja merupakan sebuah insiden yang mengandung masalah. Kemudian secara metodik bekerjalah melalui pertanyaan –pertanyaan GURU sampai sebuah rencana aksi yang baru disetujui. Manajer yang menggunakan  GURU  dalam hal ini  melaporkan perasaan yang kurang bersemangat dalam situasi yang biasanya terdapat konflik didalamnya . Mereka menemukan dirinya kurang bersemangat dan memilih membicarakan issu tempat kerja. Seorang manajer dapat mengambil pertanyaan GURU  dari tempat yang berbeda asal ada unsur keterkaitannya dengan kentks dimana dia berinteraksi . Manajer boleh saja mengambil pertanyaan GURU dari ruang konferensi untuk digunakan di tempat diadakannya lokakayra umpamanya. Pertanyaan GURU tersebut  dapat digunakan untuk mempromosikan  pengalaman reflektif diantara pegawai mereka dan selanjutnya akan menjadi sebuah proses menuju tingkatan yang lebih tinggi bagi pegawai tersebut. Manajer dapat saja menargetkan pertanyaan kepada apa saja yang mereka sedang saksikan disekitarnya dan membuat model pembentukan pengalaman lapangan  yang sesungguhnya. Berikut ini penulis memberikan beberapa contoh penggunaan pertanyaan GURU dalam situasi dan tujuan yang berbeda- beda sebagai berikut:
1.      Ground :  Jelaskan padaku proses yang anda gunakan dalam melakukan  pekerjaan   seperti ini (sesuai bidang tugasnya)
Seberapa jauh kecocokan proses yang anda gunakan denga alur kerja dan tanggung jawab saudara ?
2.      Understand : Apa yang membuat pola pekerjaan and berbeda denga pola pekerjaan lain ? Apa yang membuat pekerjaan anda jadi rumit ? Pengalaman pengalaman  terbaik apakah yang pekerja lain terapkan dalam menghadapi pekerjaan yang rumit seperti yang tersebut tadi ?
3.      Revise : Apa yang dapat  lakukan untuk meyakinkan diri anda kalau anda telah mengikuti pengalaman  yang terbaik ? Pengalaman khusus yang mana yang akan and padukan kedalam pekerjaan anda ?
4.      Use : Kapan akan anda terapkan  rencana yang telah anda revisi ? Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk mencapai  tujuan anda
Peluang untuk menggunakan GURU  termasuk bagaimana memelihara suasana dimana pengalaman reflektif bisa ditumbuhkan tak terbatas. Seorang supervisor yang membidangi tugas pekerja dimeja layanan pelanggan (customer service counter) dapat menggunaka interaksi apa saja kepada para customer sebagai satu kesempatan belajar  bagi pegawai baru .

Ground : Kunci non - verbal apa yang memberi tahu kamu bahwa pegawai dulu kurang bagus ? Apa yang anda lihat pada diri saya tentang kemudahan yang diperolehnya ?
Understand :Mengapa  kamu berpikir bahwa kemungkinan dia terlalu vocal?
Strategi- strategi efektif apa yang telah kita bicarakan sebagi respon terhadap oarang-orang  yang lagi senang ?
Revise : Dua hal apa yang  anda dapat lakukan untuk merubah keadaan  seperti diatas ?
USE : Bagaimana rencana anda untuk menari empati customer anda yang suka menentang kebijakan perusahaan ?




KESIMPULAN
Dengan  GURU kita dapat mengubah keadaan, kejadian tak terduga, dengan elemen pengalaman  reflektif untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam
Ingatlah  GURU dimanapun anda berada
Jadikanlah GURU sebagai guru abadi

REFERENSI

Atherton, J.S (2005) Learning and Teaching: reflection and  reflective practice. Accessed January, 30. 2012 from www.
learningandteaching.info/learning/reflecti.htm

Kolb,D.A (1984) Experiemtial learning : Experience as a source of learning and development. Engelwood Cliffs, NJ: Prentice –Hall

Saeger ,C, & Remer,B (2001), GURU Reflective practice  for experiential learning. Presented at a conference of the North American Simulation and  gaming association, Bllomington, Indiana


                                                   

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar