PEMBELAJARAN MELALUI PENGALAMAN REFLEKTIF
(Belajar Dari Pengalaman Langsung Melalui
Proses “GURU”)
Oleh
NUR ASIK
PENDAHULUAN
Brian Remer, seorang
disainer strategi interaktif untuk latihan, fasilitas dan perbaikan kinerja, sekali waktu dimusim panas, menemukan seekor lalat yang terperangkap dan terbang dibalik kaca pintu sambil mencari
jalan keluar. Ketika lalat tersebut
mendekati pintu Brian Remer membuka pintu tersebut untuk membiarkan lalat tersebut terbang keluar, tetapi anehnya ketika pintu
telah dibukakan, lalat tersebut kembali menghantam kaca pintu itu lagi. Brian membuka pintu
lebih lebar lagi, namun dia menjadi tambah heran karena lalat tersebut belum menemukan jalan keluar. Sekarang dengan pintu yang
terbuka lebih dari sembilan puluh derajat ditambah usiran dengan menggunakan
tangan kearah lalat tersebut, ternyata lalat tadi terus saja menghantam kaca
pintu dan menghindari tangan Brian sambil
mencari jalan keluar. Akhirnya Brian menyerah
menjadi penolong dan membiarkan pintu berayun menutup diri. Lalat
akhirnya mati. Pada dasarnya lalat tersebut dapat mencium bau udara segar
tetapi tidak pernah berhasil menemukan kebebasan.
Kadang kadang kita berbuat seperti lalat yang terperangkap dibalik kaca pintu
atau jendela. Kita bahkan tidak memahami bahwa
kita telah melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Terkadang kita
tidak menyadari kalau perubahan yang enteng
dalam prilaku kita atau pergeseran sedikit pada arah yang kita tuju, akan membawa
perubahan sesuai yang kita
harapkan . Mungkin sebagian diantara kita begitu lemah sehingga hilanglah keyakinan bahwa kita dapat belajar
dari pengalaman dan mengubah keadaan atau lingkungan. Sebagian lagi mungkin terfokus pada imbalan
atau hadiah yang akan didapatkannya
nanti setelah dia bekerja, sehingga
tidak ada perhatian kepada keadaan yang terjadi disini dan pada saat
ini. Masih banyak alasan lain tetapi intinya ialah : “ Setelah berulang kali
kita hantamkan kepala ke kaca pintu dan tidak membuahkan hasil, kenapa kita
percaya bahwa dengan melakukannya berulang kali lagi akan membebaskan kita dari
masalah”?
Ketika sikap kita telah terbentuk dan respon
kita sudak terkondisikan, kita
butuh refleksi atau perenungan terhadap apa yang telah kita lakukan, suatu
proses yang disebut pengalaman reflektif
(reflective practice). Kita tidak perlu jadi budak terhadap sikap, prikonsepsi,
sikap mental, atau prilaku terdahulu
kita . Pengalaman reflektif dapat
memecahkan lingkaran yang tidak produktif dan membuka pintu bagi
berbagai macam pilihan untuk perubahan prilaku kita.
PENGALAMAN REFLEKTIF
LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
Ada dua macam refleksi
yang Schon (1983) telah
identifikasi yaitu refleksi langsung dan refleksi tidak langsung. Refleksi
langsung terjadi bersamaan dengan
kejadian yang dialami sementara refleksi yang tidak langsung dapat dilakukan kapan saja setelah suatu
kejadian atau pengalaman terjadi. Sering
orang mengupayakan pengalaman reflektif ketika terjadi masalah atau keadaan sulit. Hal demikian itu
tentu saja merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk belajar dari
pengalaman, namun pengalaman reflektif dapat memberikan manfaat dalam situasi
apa saja apakah dalam keadaan yang kurang menguntungkan atau keadaan yang
traumatik. Dan bahkan sangat mungkin menggabungkan pengalaman langsung dengan pengalaman tidak langsung untuk
menciptakan suasana belajar yang memiliki tingkat keefektifan
tinggi. Brian pernah mengajar putrinya
naik sepeda dan dia ingin agar putrinya belajar
pada lingkungan yang bagus . Baginya
hal tersebut berarti dirinya menginginkan putrinya agar dapat belajar
melalui pengalaman, tetapi tidak ingin melihat putrinya jatuh dan terluka.
Sebagian orang berkata bahwa anda tidak akan bisa belajar naik sepeda tanpa
pernah jatuh. Mereka mengatakan ; bagus sebenarnya belajar jatuh sehingga ketika jatuh betul tidak akan
terluka berat.Karena Brian tidak pernah jatuh dari sepeda, maka dia berusaha
agar putrinya dapat terhindar dari kejatuhan. Disamping itu dia juga
menginginkan percobaan tersebut bernilai pengalaman reflektif. Hal ini sesuai
dengan prinsip ownership of the learning sbb:
Untuk mengikut sertakan
dan menantang pelajar, tugas dan suasna belajar harus mencerminkan kompeksitas
lingkungan yang dapat pelajar fungsikan pada akhir pembelajaran. Pelajar tidak
hanya perlu mempunyai kepemilikan pada pembelajaran atau pemecahan masalah
tetapi mereka harus dihadapkan pada masalah itu sendiri ( Derry 1999)
PENGALAMAN REFLEKTIF
DENGAN “G U R U”
Banyak program
belajar formal yang menggunakan pengalaman reflektif. Sudah umum bagi kursus-kursus tingkat advanced melakukan praktek dan pengalaman lapangan yang
antaranya membuat jurnal, menulis paper
mengenai hal-hal yang kritis, atau
terlibat dalam diskusi kelompok. Pada
contoh- contoh ini, siswa memperkaya pengalaman belajar mereka dengan menghubungkan pengalaman mereka dengan teori
didalam ruangan. Mereka merefleksikan tentang pengalaman yang telah mereka
dapatkan.
Ada beberapa
cara untuk merefleksikan pengalaman langsung sehingga seseorang dapat
belajar maksimal pada saat mengalami
sesuatu. Peter Senge dalam bukunya yang berjudul The Fifth Dicsipline Fieldbook
berbicar tentang “masa dan kewaspadaan”. Hal ini berarti memberikan perhatian kepada setiap apa saja
yang sedang terjadi denga perhatian yang cukup sehingga kita dapat
menganalisa tindakan dan pikiran kita,
memprosesnya dan menggantinya saat masih dalam perjalanan .
Penggabungan antara refleksi langsung dengan refleksi tidak
langsung disebut proses “GURU” (Brian Remer:227). Konsep GURU merupakan
pertanyaan pada diri sendiri yang mudah untuk dipahami dan dihubungkan
dengan lingkaran pembelajaran melalui pengalaman. Konsep ini
dikembangkan oleh Christopher Saeger dan
dipresentasikan pada sebuah konferensi Asosiasi Simulasi dan
Permainan Amerika Utara (Saeger and Remer, 2001). Sebagai sarana pengalaman reflektif konsep GURU
sangat mudah untuk dihafal dan sangat
fleksibel.
Dalam proses GURU seorang guru mengajukan serangkaian
pertanyaan yang membantu para pelajar menganalisa keadaan sekarang menjadi sebuah kesimpulan, membuat rencana, dan mengimplementasikan langkah aksi pertama dari rencana tersebut.
GURU adalah singkatan
dari empat kategori pertanyaan yaitu :
1. Ground
2. Understand
3. Revise
4. Use.
Ketika ditemukan keadaan yang cocok dengan konsep
belajar, maka seorang supervisor, mentor, pelatih, atau siapa saja, dapat mengajukan pertanyaan
dalam masing-masing kategori tersebut.
Pertanyaan Ground dimaksudkan untuk membantu para pelajar mengingat peristiwa atau
kejadian masa lalu dan mengingat
kembali data yang ada pada
siswa.Ajukan pertanyaan yang akan
membantu pelajar menemukan dan
membagi latar umum dari pengalamannya.
Pertanyaan anda harus membidik tepat pada pikiran dan perasaan orang.
Bagaimana anda dapat menolong mereka
mengidentifikasi reaksi emisional mereka terhadap
keadaan sekitarnya ? Beri mereka semangat untuk mengingat dan menyampaikan keputusan, tindakan dan pengalaman mereka.
Situasi bagi seorang yang mengajarkan anak
naik sepeda dapat ditindak lanjuti dengan pertanyaan apa yang bergerak
dan apa yang tidak bergerak ketika terjadi
pembelokan. pahami apa yang anda rasakan
secara pisik dan emosi tentang
belok ketika naik sepeda dalam arah yang berbeda.
Kategori pertanyaan kedua dirancang
untuk membantu orang memahami
(understand) situasi dalam konteks yang lebih luas. Pertanyaan harus
memancing orang untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang ada dalam berbagai peristiwa , pikiran dan tindakan . Beri mereka semangat agar mereka menyatakan apa yang mereka ketahui dari pengalaman
mereka dan membuat generalisasi atau sebuah hipotesis. Dalam hal mengajar anak
perempuan naik sepeda dapat kita kontraskan apa yang harus harus kita lakukan
untuk menahan putri anda ketika melakukan pembelokan kekiri atau kekanan.Kita
dapat membandingkan pengalaman anak tadi ketika membelok dengan pengalaman
pribadi kita sebagai gurunya atau oarang tuanya.
Setelah memahami ialah merevisi,
yaitu pertanyaan yang akan membantu mereka berpikir untuk melakukan modifikasi
yang dapat mereka lakukan terhadap tindakan atau sikap mereka. Pertanyaan harus
diarahkan kepada mereka agar mengkaji atau mempertimbangkan apa reaksi mereka saat menghadapi situasi atau
informasi yang berbeda. Intinya ialah menggiring mereka menuju pemikiran
tentang aspek pemikiran , sikap, atau
prilaku apa yang harus mereka perbaiki (Revise) kalau mereka mendapatkan
peluang untuk melakukan hal tersebut. Dalam kaitannya dengan anak yang belajar
naik sepeda tersebut diatas, kita dapat mengajukan pertanyaan bagaimana kita mensuppor dengan sebuah
informasi yang baru . bagaimana kita meyakinkan diri bahwa prediksi kita jalan
atau tidak .
Fase terakhir dari pengalaman
reflektif GURU, pertanyaan diajukan untuk membantu anak merencanakan rencana
lanjutan mereka dan menggunakan (Use)
apa yang telah mereka dapatkan. Peertanyaa yang diajukan harus membantu mereka
menyatakan rencana mereka atau apa yang hendak mereka lakukan terkait dengan informasi dan ide baru
yang telah mereka peroleh. Beri mereka semangat untuk mempertimbangkan
bagaimana sebaiknya mereka menggunakan (Use) pengalaman mereka dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Sebagai guru tentang naik sepeda pertanyaan Use terarah pada bagaimana mengajarkan teori yang
baru ditemukan kepada sang anak tersebut diatas.
Dalam lingkaran pembelajaran dengan
pengalaman , David Kolb (1984) mengemukakan empat fase sebagai berikut :
1. Concrete Experience ( pengalaman nyata/ doing
something)
2. Reflective Observation (pengamatan
reflektif/ memikirkan apa yang telah anda lakukan.)
3. Abstract Conceptualization
(menambahkan teori pada pengamatan anda)
4. Active Experimentation (melakukan
praktek nyata/mempraktekkan apa yang telah anda
dapatkan atau pelajari)
Kolb
mencatat bahwa belajar adalah gabungan
antara memperoleh atau menangkap dan mentranformasikan. Kita memperoleh informasi melalui pengalaman nyata (Concrete
experience) dan konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization). Tetapi
kemudia kita harus mentransformasikannya, menggunakan dan memanfaatkannya melalui Reflective Observation dan
active experimentation.
Hasilnya ialah
perubahan dalam tingkatan prilaku, sikap dan pengetahuan. Konsep GURU cocok
dengan siklus belajar melalui pengalaman
(Experiential learning cicle)
Ketika anada menanyakan pertanyaan GURU, pada dasarnya anda
sedang mengupayakan pengalaman reflektif, dan adalah pengalaman reflektif yang
membuat seseorang tetap pada posisi stabil dan berada dalam siklus belajar
antara memperoleh informasi baru dan pentransformasiannya kedalam teori dan
ketrampilan yang dapat digunakan . Sebagai kesimpulan dari uraian pada
bagian ini maka penulis memberikan beberapa basis pembelajaran yang dapat
menunjang pelaksanaan experiential
learning sebagai berikut :
GURU
DALAM PROSES BELAJAR PERORANGAN
GURU
merupakan alat yang efektif untuk
mempertahankan seseorang tetap berad
dalam siklus belajar melalui pengalaman baik secara perorangan sekaligus
secara professional.
Dengan menggunakan sedikit demi sedikit analisis,
latihan reflektif mengenai hal-hal yang
kita lakukan secara individu tanpa bimbingan langsung dari seorang professional
kita dapat saja memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita.
Pelajaran berharga bagi para perancang dan fasilitator
kegiatan lapangan (experiential activities) adalah :
Jika tujuan kita ialah untuk
memperbaiki lingkungan kerja dan
mengembangkan organisasi belajar yang
berkesinambungan, kita tidak boleh hanya bersandar pada latihan didalam ruangan
semata untuk mewujudkannya. Kita harus membantu anggota atau peserta kita agar
menyadari bahwa masing masing mereka dapat saling memberikan pelajaran yang
berharga . Mereka tidak harus menunggu workshop yang tepat yang dipandu oleh
para ahli untuk melakukan langkah atau perbaikan, apapun objek perbaikan
tersebut. Kita tidak perlu menunggu kesarjanaan untuk melakukan perubahan yang baik dalam diri kita. Setiap saat dan
dimana saja selalu terbuka kesempatan dan ruang untuk melakukan sesuatu yang
berharga yang sifatnya perorangan.
GURU BAGI PEMBELAJARAN PROFESIONAL
Kebutuhan memberikan
respon dengan cepat merupakan ciri lain keprofessionalan, dan pertanyaan GURU
merupakan cara yang efektif untuk menangani
pertukaran informasi yang cepat
dalam suasana workshop. Anda bisa
bayangkan ketika anda sedang mengajar satu kelompok pelajar yang pesertanya
terdiri atas individu individu yang sangat berbeda-beda.Di Kongo pernah ada
kejadian dimana pemimpin lokal suatu organisasi pembangunan telah mengambil
bagian dalam sebuah lokakarya latihan bagi pelatih (training of trainers workshop).
Pada akhir hari keempat belas, mereka
harus bekerja dalam kelompok kecil untuk
melaksanakan latuhan dua jam dengn
menggunakan beberapa tekhnik lapangan
yang telah mereka pelajari sebelumnya. Sisa kelas adalah pelajar yang
mensimulasikan kelompok peserta yang sesungguhnya untuk guru-guru yang sedang
melakukan praktek lapangan.
PENGAJARAN MELALUI
KONSEP GURU DILAPANGAN
Konsep apapun yang akan diterapkan dilapangan harus dikaitkan
dengan dunia nyata yang penuh dengan keaneka ragaman fakta, masalah , dimensi
dan persepsi dan karenanya konsep yang memiliki tingkat fleksibilitas dalam
penerapannya akan menjadi suatu pilihan yang tepat dan hal ini sesuai dengan
konsep GURU . Berikut penulis
mengemukakan pandangan tentang kesemestaan yang terpadu sebagi
berikut:
Pengetahuan
tidak boleh dikelompokkan menjadi subjek yang berbeda beda atau diletakkan pada
wadah yang beraneka ragam, tetapi harus dibuka sebagai suatu keseluruhan yang
terpadu (McMahon 1997; Di Vesta 1987) 1989)
Hal ini sekali lagi
menggaris bawahi pentingnya konteks
dimana pembelajaran dilaksanakan (Brown et al)
Dunia, dimana pelajar akan beroperasi tidak memilih
dan memilah bentuk berbagai subjek yang beraneka ragam , tetapi sebagai
myriad yang kompleks tentang berbagai
fakta, problem, dimensi dan persepsi (Ackerman 1996) Ikut sertakan dan tantanglah pelajar.
GURU merupakan alat yang sangat fleksibel. Ajukan pertanyaan
GURU pada diri anda dan anada akan membuka pintu pembelajaran yang
berkelanjutan. Ajukan pertanyaan ini kepada orang –orang yang anda supervisi
dan anda akan menjadi seorang mentor. Ajukan pertanyaan GURU kepada teman kerja kalian dan anda akan menjadi pemimpin rombongan atau ketua tim.
Tetapi sebelum anda
memulai pertanyaan GURU kepada seseorang , agaknya penting bagi anda untuk belajar dan menjadi lancar dalam
menanya diri anda sendiri. Pengalaman reflektif
GURU dapat diajarkan dan diterapkan pada setting lokakarya dan dalam
pekerjaan. Dalam lokakarya kita dapat
menggunakan beberapa tekhnik. Anggaplah diri anda sebagai seorang peserta lokakarya dan ikutilah bagaimana Jerry memimpin sesi untuk mengajarkan GURU.
Anggaplah diri kalian seorang peserta lokakarya tentang tekhnik memperbaiki kinerja tim. Anda datang agak terlambat,
tetapi tidak apa-apa karena peserta yang sudah ad didalam ruangan sedang mengikuti perkenalan. Anda mengetahui bahwa fasilitator tamu hari ini
adalah Jerry yang berasal dari sebuah kota kecil yang berjarak kurang lebih dua
jam dari lokasi lokakarya tempat anda sekolah dulu. Jerry menjelaskan bahwa dirinya akan berbagi beberapa kegiatan
perbaikan kinerja tim dengan meminta kelompok mengalaminya bersama-sama. Dia
balik ke aktan tasnya dan mulailah memeriksa
semua bagian dalamnya. Setelah beberapa detik kemudian, sambil minta maaf
menjelaskkan bahwa dia tidak dapat menemukan
bahan untuk kegiatan kelompok . Dengan muka merah tua dia mohon maaf bahwa dia pasti telah lupa
rubrik untuk kegiatan tersebut bersama handoutnya dirumah.
MENGAJARKAN GURU
DITEMPAT BEKERJA
Cara lain untuk
mengajarkan GURU ialah selama supervisi .Jika anda seorang manajer ,
mintalah mereka yang disupervisi agar
berbicara tentang satu keadaan dari tempat atau pekerjaan mereka. Hal ini boleh
jadi sesuatu yang aman-aman saja atau mungkin saja merupakan sebuah insiden
yang mengandung masalah. Kemudian secara metodik bekerjalah melalui pertanyaan
–pertanyaan GURU sampai sebuah rencana aksi yang baru disetujui. Manajer yang
menggunakan GURU dalam hal ini
melaporkan perasaan yang kurang bersemangat dalam situasi yang biasanya
terdapat konflik didalamnya . Mereka menemukan dirinya kurang bersemangat dan
memilih membicarakan issu tempat kerja. Seorang manajer dapat mengambil
pertanyaan GURU dari tempat yang berbeda
asal ada unsur keterkaitannya dengan kentks dimana dia berinteraksi . Manajer
boleh saja mengambil pertanyaan GURU dari ruang konferensi untuk digunakan di
tempat diadakannya lokakayra umpamanya. Pertanyaan GURU tersebut dapat digunakan untuk mempromosikan pengalaman reflektif diantara pegawai mereka
dan selanjutnya akan menjadi sebuah proses menuju tingkatan yang lebih tinggi
bagi pegawai tersebut. Manajer dapat saja menargetkan pertanyaan kepada apa
saja yang mereka sedang saksikan disekitarnya dan membuat model pembentukan
pengalaman lapangan yang sesungguhnya.
Berikut ini penulis memberikan beberapa contoh penggunaan pertanyaan GURU dalam
situasi dan tujuan yang berbeda- beda sebagai berikut:
1.
Ground :
Jelaskan padaku proses yang anda gunakan dalam melakukan pekerjaan
seperti ini (sesuai bidang tugasnya)
Seberapa jauh kecocokan proses yang
anda gunakan denga alur kerja dan tanggung jawab saudara ?
2.
Understand : Apa yang membuat pola pekerjaan
and berbeda denga pola pekerjaan lain ? Apa yang membuat pekerjaan anda jadi
rumit ? Pengalaman pengalaman terbaik
apakah yang pekerja lain terapkan dalam menghadapi pekerjaan yang rumit seperti
yang tersebut tadi ?
3.
Revise : Apa yang dapat lakukan untuk meyakinkan diri anda kalau anda
telah mengikuti pengalaman yang terbaik
? Pengalaman khusus yang mana yang akan and padukan kedalam pekerjaan anda ?
4.
Use : Kapan akan anda terapkan rencana yang telah anda revisi ? Berapa lama
waktu yang anda butuhkan untuk mencapai
tujuan anda
Peluang untuk menggunakan GURU termasuk bagaimana memelihara suasana dimana
pengalaman reflektif bisa ditumbuhkan tak terbatas. Seorang supervisor yang
membidangi tugas pekerja dimeja layanan pelanggan (customer service counter)
dapat menggunaka interaksi apa saja kepada para customer sebagai satu
kesempatan belajar bagi pegawai baru .
Ground : Kunci
non - verbal apa yang memberi tahu kamu bahwa pegawai dulu kurang bagus ? Apa
yang anda lihat pada diri saya tentang kemudahan yang diperolehnya ?
Understand
:Mengapa kamu berpikir bahwa kemungkinan
dia terlalu vocal?
Strategi- strategi efektif apa yang
telah kita bicarakan sebagi respon terhadap oarang-orang yang lagi senang ?
Revise : Dua
hal apa yang anda dapat lakukan untuk
merubah keadaan seperti diatas ?
USE :
Bagaimana rencana anda untuk menari empati customer anda yang suka menentang
kebijakan perusahaan ?
KESIMPULAN
Dengan GURU kita dapat mengubah keadaan, kejadian
tak terduga, dengan elemen pengalaman
reflektif untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam
Ingatlah GURU dimanapun anda berada
Jadikanlah GURU sebagai guru abadi
REFERENSI
Atherton, J.S (2005) Learning and Teaching: reflection and reflective practice. Accessed January,
30. 2012 from www.
learningandteaching.info/learning/reflecti.htm
Kolb,D.A (1984) Experiemtial learning : Experience as a source of learning and
development. Engelwood Cliffs, NJ: Prentice –Hall
Saeger ,C, & Remer,B (2001), GURU Reflective practice for experiential learning. Presented at a
conference of the North American Simulation and
gaming association, Bllomington, Indiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar